RADAR JOGJA – Susur kampung di sepanjang bantaran Kali Code atau River Walk menjadi daya tarik terbaru untuk mengeksplorasi kekayaan wisata Kota Yogyakarta. Melalui Kampung Wisata Cokrodiningratan dengan branding Ecotourism-nya wisatawan juga dapat menikmati kuliner khas Cokrodiningratan, yaitu Carang Gesing dan Mento. Selain wisata kuliner dan susur kampung Kali Code, pengunjung dapat mengikuti kegiatan sulam benang, recycle handicraft dan korsase (kerajinan bunga kering).

Setelah susur kampung bantaran Kali Code kita bisa menikmati bangunan heritage Indies di wilayah Kotabaru. Memiliki banyak bangunan cagar budaya, Pemerintah Kota Yogyakarta baru¬baru ini mengemas Kotabaru menjadi Historic Old Garden City.

Di sini, wisatawan dapat mengunjungi Suroto 11, yang merupakan Gedung Kantor Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta. Menjadi satu dari beberapa Bangunan Cagar Budaya,yang pernah menjadi titik akhir rute gerilya Panglima Besar Jenderal Soedirman di tahun 1949. Gedung ini juga pernah dijadikan rumah dinas Jenderal Urip Sumoharjo.

Wisatawan juga dapat singgah ke Museum Sandi. Pada 1917, Museum Sandi adalah rumah tinggal dokter pribadi Sultan HB VIII, yang merupakan bangunan cagar budaya berasitektur Belanda yang digunakan sebagai kantor Kementerian Luar Negeri pada tahun 1947. Masih satu area dengan gedung ini, terdapat gedung Balai Bahasa berdiri pada Februari 1948.

Menjelang siang hari, wisatawan dapat mampir ke Masjid Syuhada Kotabaru. Masjid Syuhada dibangun dan diresmikan pada 20 September 1952 berlokasi di Jalan I Dewa Nyoman Oka No. 13 Yogyakarta. Masjid ini juga sebagai monumen peringatan untuk korban pertempuran 7 Oktober 1945. Di kawasan ini juga dulunya merupakan markas-markas serta tempat tinggal orang¬orang Belanda semasa menjajah Indonesia.

Tidak jauh dari Masjid Syuhada, berdiri Gereja Katolik Santo Antonius Kotabaru yang kokoh. Gereja ini didirikan pada 18 Agustus 1922 oleh Pastor Fransiscus Xaverius Starter SJ dan diresmikan serta dipakai pada 26 September 1926. Bangunan gereja ini juga digunakan sebagai perpustakaan terlengkap dan ternyaman di Yogyakarta. Tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah tapi juga digunakan sebagai tempat mencetak imam muda.

Melangkah sedikit ke arah timur, kita akan menjumpai Gedung “Jiwasraya”. Gedung ini didirikan pada 1859 yang dulunya pernah dijadikan sebagai rumah dinas pada masa Belanda. Pada 6 Oktober 1945 bangunan ini pernah digunakan sebagai tempat perundingan penyerahan senjata antara pejuang RI dengan Mayor Otsuka. Bangunan ini dibangun untuk tujuan mendidik masyarakat merencanakan masa depan.

Bergeser sedikit ke utara, kita akan menemukan RS DKT Dr Soetarto yang merupakan satu dari beberapa rumah sakit milik TNI AD Kota Yogyakarta yang berwujud RSU yang dibangun pada tahun 1913. Bangunan rumah sakit ini merupakan rumah sakit militer pertama di Kota Yogyakarta. Selain itu di wilayah kotabaru masih ada bangunan cagar budaya lainnya yg memiliki nilai sejarah diantaranya sekarang digunakan sebagai gedung SMP N 5 Yogyakarta (Normale School), SMA N 3 Yogyakarta (AMS Algiminee Middlebare School) , SMA Bopkri 1 Yogyakarta (MULO).

Terakhir dan tidak boleh terlewatkan adalah rehat sejenak sambil minum kopi di Kotabaru. Kini, bermacam Coffee Shop yang unik mudah ditemukan di kawasan Kotabaru. Mulai dari tempat ngopi yang terletak di kawasan bangunan heritage indies (Kawasan Heritage) dikemas unik yang cocok untuk melengkapi koleksi swafoto anda.

Kawasan Sungai Code dan Kotabaru menjadi alternatif wisata digital (tourism digital) yang sangat instagramable. Berbagai coffe shop dan pusat kecantikan berada di kawasan Kotabaru.
“Kita dapat menemukan sensasi pengalaman baru berwisata yg seru dan asik dikawasan Kotabaru dengan berjalan kaki atau bersepeda,” ungkap Sekretaris Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Yetti Martanti. (sce/tif)