RADAR JOGJA – Upacara peringatan HUT ke-73 Desa Condongcatur disambut antusias oleh warga. Mereka menyaksikan kirab bregada dari masing-masing kelompok padukuhan. Sebut saja Bregada Hadi Mandala dari Gorongan, Bregada Paksi Jayeng Katon dari Manukan, Bregada Sastra Diharjan dari Gejayan, dan Bregada Kromo Yudha dari Kentungan.

Saat kirab masing-masing kelompok bregada membawa gunungan berisi hasil bumi dan kerajinan warga setempat. Salah satunya ada gunungan pala gumantung dan gunungan pete. Para peserta kirab kemudian memasuki halaman Balai Desa untuk melaksanakan upacara dengan tata cara Jawa. Sebagai pengageng upacara adalah GKR Hemas.

Dalam upacara tersebut, Kepala Desa Reno Candra Sangaji memaparkan kegiatan-kegiatan yang telah terlaksana dalam rangka peringatan ulang tahun Desa Condongcatur tersebut. ”Sebagai penutup diadakan kegiatan mancing bersama di Selokan Mataram,” jelasnya.

Reno mengungkapkan, Desa Condongcatur telah menjadi pelopor dan perintis kampung yang ramah anak. Desa Condongcatur juga menjadi perintis kampung desa bersih narkoba yang telah diresmikan oleh BNN RI.

Selain itu, juga diresmikan monumen Kromorejan berada di sisi kanan Balai Desa Condongcatur. Monumen tersebut menampilkan patung dari Lurah Pertama Desa Condongcatur yakni Kromo Rejo.

LURAH PERTAMA: Monumen Kromorejan berada di sisi kanan Balai Desa Condongcatur. (SETIAKY A KUSUMA/RADAR JOGJA)

”Taman Kromorejan diambil dari nama Lurah pertama Desa Condongcatur Kromo Rejo. Mbah Kromo Rejo menanamkan nilai budaya dan kegotong royongan bagi masyarakat. Sampai sekarang ajaran tersebut masih kami pegang teguh,” ujarnya.

Anggota DPD RI sekaligus istri Gubernur DIJ GKR Hemas menyampaikan ucapan selamat kepada Desa Condongcatur. Hemas menyampaikan pembangunan Desa Condongcatur dinilai cukup masif. Menurtunya, banyak pendatang berasal dari berbagai daerah yang karakternya bermacam-macam, tetapi umumnya mereka adalah mahasiswa yang sudah dewasa, jadi pasti mereka bisa beradaptasi dengan budaya dan nilai-nilai luhur yang ada di Condongcatur ini.

”Sebagai warga yang baik harus mengajak para pendatang ini untuk terbiasa makan makanan khas DIJ, utamanya khas Sleman,” ucap GKR Hemas.

Sementara itu, rangkaian upacara tersebut diakhiri dengan rebutan gunungan. Gunungan tersebut berisikan berbagai hasil bumi, baik sayur-sayuran maupun buah-buahan. (sce/mg1/ila)