RADAR JOGJA – Solusi Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan belum juga ditemukan. Kini para sopir truk sampah pun harus kembali bersabar antre.  Tempat pembuangan yang kini tinggal milik Pemprov DIJ dituding sebagai salah satu penyebabnya.

“Dulunya yang swasta di bawah, yang pemerintah di atas. Tapi sekarang fokus menjadi satu, akhirnya antrean mengular begitu panjang,” kata juru bicara warga sekitar TPST Piyungan sekaligus ketua Komunitas Pemulung Mardiko Maryono, kepada Radar Jogja, Senin (6/1).

Menurut dia, dulu pengelolaan dilakukan oleh pihak swasta dan pemerintah. Sehingga pembuangan sampah terbagi menjadi dua titik. Saat ini, titik pembuangan sampah yang dikelola oleh swasta sudah tidak menerima pembuangan sampah. Akses menuju tempat pembuangan pun sudah tidak dapat dilalui armada, karena jalannya berkelok dan berlubang.

Pembuangan sampah kemudian difokuskan hanya pada satu titik, yaitu di bagian atas TPST Piyungan yang dikelola oleh pemerintah. Akibatnya terjadi antrean panjang armada pengangkut sampah di TPST Piyungan. Armada pengangkut sampah telah mengantre sejak memasuki gerbang TPST.

Salah satu sopir truk pengangkut sampah Yulianto mengatakan, antrean panjang telah terjadi selama dua minggu terakhir. Jika hari biasa dia hanya membutuhkan waktu 10 menit. ”Sekarang menjadi lebih dari 3-4 jam untuk dapat membongkar muatan,” keluhnya.

Dia merasa terganggu, karena pada hari biasa ia dapat dapat mengangkut sampah ke TPST sebanyak dua kali. Sedangkan sekarang ia hanya dapat mengangkut sampah satu kali. Itu pun harus ditambah dengan waktu antrean yang lama. Saat ditanya tentang kerugian materi, Yulianto mengaku harus menambah bahan bakar beberapa liter. Akan tetapi, dia lebih menyesalkan pada lamanya waktu antre untuk bongkar muatan. “Harusnya bisa untuk dua kali. Jadi cuma sekali ngambilnya,” ungkapnya.

Sopir truk sampah lainnya Darin, mengaku mendapat protes dari konsumennya. Dia mengangkut sampah dari Pleret untuk dibuang di TPST Piyungan dengan lama antrean lebih dari 3 jam. Lama antrean tersebut telah membuat jadwalnya mengambilan sampah menjadi ngelantur.

Keadaan masih diperparah oleh ekskavator TPST yang rusak pada Minggu (5/1) sore. Alat berat yang tampak masih beroperasi hanyalah dua buah bulldozer milik pengelola swasta.

Dari pengamatan Radar Jogja, jalan di area TPST tampak lincin dan tertutup sampah. Bahkan, sesekali roda armada pengangkut sampah terjerembab. Selain itu, beberapa armada tampak membawa material sampah basah. Terlihat kucuran air mengalir dari dalam muatan yang mereka angkut. Maryono bahkan mengatakan, pada Minggu (5/1) sore terdapat armada yang tergelincir akibat licinnya jalan. Armada tersebut kemudian dapat dievakuasi Senin (6/1) pagi. Dia juga mengeluh limbah yang berkeliaran di jalan. Tak tampak petugas pembersih jalan. (cr2/pra)