RADAR JOGJA – Seiring datangnya musim penghujan, tingkat kerawanan bencana pun juga ikut meningkat, termasuk di destinasi wisata. Untuk itu para pengelola wisata diminta meningkatkan kewaspadaan.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul Kwintarto Heru Prabowo mengatakan, pihaknya sudah memberikan himbaun kepada para pengelola wisata terkait hal tersebut. Terlebih bagi destinasi yang berada di dekat sungai atau perbukitan.
Menurut Kwintarto, ketika musim hujan debit air di setiap sungai memang cenderung tinggi. Sehingga berpotensi munculnya bencana banjir. Sedangkan pada wilayah perbukitan sangat mungkin terjadi tanah longsor.”Potensi bencana banjir, longsor dan angin kencang memang cukup tinggi saat musim hujan. Sehingga harus tetap waspada,” ungkapnya, Jumat (10/1).
Kwintarto pun meminta pengelola wisata aktif berkomunikasi dengan relawan yang menaungi kebencanaan. Contohnya Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB). Tujuannya supaya memudahkan komunikasi serta koordinasi ketika bencana datang.
Mantan camat Sewon ini pun meminta kepada pengelola wisata untuk menyampaikan lebih awal terkait potensi bencana. Hal ini agar kemungkinan risiko bisa diminimalisasi. Selain itu, pengolala wisata pun juga harus bisa menyanpaikan kepada wisatawan untuk lebih berhati-hati ketika menikmati wahana. Hal itu sebagai upaya antisipasi timbulnya korban jiwa.
Meskipun potensi bencana cukup tinggi, Kwintarto meminta wisatawan ataupun masyarakat jangan takut berkunjung ke destinasi wisata sungai maupun perbukitan. Menurutnya, yang paling penting adalah meningkatkan kewaspadaan dan harus berhati-hati. “Intinya tidak perlu takut, yang penting berhati-hati,” katanya.
Pengelola Selopamiro Adventure Park (destinasi wisata yang berada di aliran Sungai Oya) Danang Kumorojati tidak menampik potensi bencana ketika musim hujan ini memang tinggi ketika musim hujan tiba. Hal ini karena karakter Sungai Oya yang memiliki arus sangat deras, terlebih ketika banjir.
Kondisi itu tentu menjadi perhatian. Selaku pengelola Danang mengaku akan terus berkoordinasi dengan warga dan pengelola wisata lain di daerah hulu. “Biasanya kami sudah berkomunikasi dulu. Jadi, sebelum banjir datang wisatawan sudah kami amankan,” ujarnya.
Danang menambahkan, antisipasi potensi bencana ini memang sudah menjadi perhatian sejak awal. Setidaknya sudah empat kali pelatihan dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas pemandu.
“Tidak terkecuali pelatihan untuk antisipasi dan penanganan bencana,’’ katanya. (inu/din)