RADAR JOGJA – Tindakan oknum pembina Pramuka, Kak Edi Purnawan,40, warga Playen kepada sejumlah adik penggalang di SMP N 3 Kecamatan Gedangsari melampaui batas. Kasih sayangnya kebablasan. Sehingga berujung pada dugaan tindakan pelecehan seksual.
Kepala SMP N 3 Gedangsari Sugito mengatakan, kasus dugaan pencabulan mulai mencuat sejak empat hari lalu. Tepatnya pada Rabu (8/1). Sejumlah wali murid ramai-ramai datang ke sekolah konfirmasi dugaan pencabulan pembina Pramuka kepada peserta didik.
Sehari kemudian, tepatnya hari Kamis, sekolah melakukan mediasi kedua belah pihak. Waktu itu, Edi mengaku perbuatannya itu. Namun dia berdalih hanya sebatas kasih sayang terhadap adik- adik Pramuka.”Namun para wali murid tidak terima dan makin banyak massa berdatangan,” kata Sugito.
Melihat gelagat tidak baik, pihak sekolah berinisiatif mengalihkan penyelesaian kasus ke Mapolsek Gedangsari. Selanjutnya, anak-anak dan orang tua juga dibawa ke kantor polisi guna dimintai keterangan. Edi diberi amanah untuk menjadi pembina Pramuka sejak tiga tahun lalu. “Perilakunya normal, sangat normal,” ujarnya ketika tanya mengenai rekam jejak Edi.
Kapolsek Gedangsari AKP Solechan mengatakan, terduga pelaku pencabulan terhadap siswi di SMP N 3 Karangmojo, Edi diamankan sejak dua hari lalu. Dari hasil pemeriksaan, kasus dugaan asusila guru pendamping Pramuka berlangsung sejak akhir 2019.
Disinggung mengenai modus pencabulan, berdasarkan keterangan kedua belah pihak terungkap kedekatan Edi sebagai pendamping Pramuka kepada anak didik menjadi pintu masuk. Selanjutnya terbongkar kasus dugaan pelecehan seksual. “Anak didik dicium dan ada tindakan tidak terpuji lainnya. Dilakukan di lingkungan sekolah dan di luar sekolah,” ujarnya.
Kapolres Gunungkidul AKBP Agus Setiawan mengatakan, perkara itu masih dalam penanganan. Pihaknya belum dapat menyampaikan perkembangan terbaru status terduga pelaku pencabulan.”Sudah diamankan di polres,” kata Agus.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Gunungkidul Bahron Rasyid mengaku sudah bertemu langsung dengan korban didampingi wali murid. “Mereka pengakuannya sama, dicium satu kali pada Desember. Kembali saya tanyakan, sekali atau berkali-kali, namun dijawab satu kali,” kata Bahron.
Kemudian saat ini pihaknya ingin memastikan anak-anak dalam posisi tenang, dan menyerahkan penanganan kasus kepada pihak berwajib. Bahron menyemangati anak-anak agar tetap belajar dengan baik.
Dia ingin memberikan jaminan kepada masyarakat, bahwa anak-anak memang trauma terhadap prilakunya Edi. Tapi di sekolah mereka merasa aman. “Karena kami memberikan jaminan pak Edi tidak akan lagi membina di SMP negeri ini,” tegasnya.
Untuk mencegah kejadian serupa, baik sekolah maupun dinas kedepan ada pengawasan-pengawasan jika ada prilaku-prilaku mencurigakan. Akan lebih selektif dalam menjaring guru pembantu. “Kita harus melindungi anak dari berbagai ketidaknyamanan,” ucapnya. (gun/din)