Peneliti Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM) Andi Dharmawan mengembangkan inovasi sistem pembasmi hama dam penyakit tanaman melalui udara. Ia memanfaatkan pesawat tanpa awak secara otonom.

SEVTIA EKA NOVARITA, Sleman, Radar Jogja

RADAR JOGJA – Sistem pembasmi hama dan tanaman penyakit saat ini menggunakan drone atau pesawat tanpa awak, dengan modul flight controller untuk drone. Dibuat secara mandiri dengan kemampuan terbang secara autonomus.

Selama ini, serangan hama dan penyakit tanaman merupakan masalah yang kerap dihadapai petani di tanah air. Hal itu mengakibatkan penurunan hasil pertanian dan perkebunan yang dapat mengancam ketahanan pangan di Indonesia.

“Sementara itu penanganan hama dan penyakit tanaman tidak bisa dilakukan dengan cepat akibat lahan yang cukup luas dan tersebar,” jelas Andi, Selasa (14/1).

Bersama tim penelitinya dari Program Studi Elektronika dan Instrumentasi Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika FMIPA, ia mengembangkan inovasi untuk mengatasi persoalan itu. Sistem yang dikembangkan Andi bersama teman sejawatnya, memakai pesawat tanpa awak (UAV) berjenis fixed wing. UAV dilengkapi komponen elektronik seperti motor brushless, motor servo, GPS, telemetri, baterai, dan IMU6 DOF.

Sedangkan secara mekanik, inovasi alat dilengkapi propeler 13” dengan maxiumum take of weight sebesar empat kilogram. “Serta bodi dibuat dari hardfoal,” tambah Andi.

Selain itu, drone dilengkapi sebuah flight controller yang merupakan metode kendali linear quadratic regulator (LQR). Penggunaan flight controller diperlukan agar UAV bisa terbang dengan stabil dan menjalankan misi secara otonom. Tak hanya itu, UAV juga memiliki kemampuan untuk membawa pestisida yang nantinya akan disemprotkan untuk membasmi hama dan penyakit tanaman.

Selain mengembangkan sistem pembasmi hama, Andi juga memanfaatkan UAV untuk fungsi lain, yaitu pemetaan penyakit tanaman. Bersama Agus Harjoko, Andi membuat sistem teknologi pengenalan penyakit dan hama untuk mengidentifikasi berbagai jenis penyakit tanaman.

Kali ini UAV dengan jenis fixe wing dilengkapi sebuah flight controller yang dapat terhubung dengan sebuah ground segmen yang didukung menggunakan BTS Baloon. Nantinya UAV akan melakukan pemantauan dan pemetaan pada wilayah yang ditentukan. Selanjutnya, hasilnya diproses menggunakan artificial intelegence (AI) untuk mengidentifikasi wilayah yang terkena hama dan penyakit tanaman. “Pemetaan dilakukan menggunakan tiga wahana fixed wing dan bisa memetakan hingga 200 hektare,” ungkapnya. (laz)