RADAR JOGJA – Sosok Toto Santoso memiliki beragam cara untuk mengelabuhi pemerintah Desa Sidoluhur, Godean, Sleman. Hal ini dilakukan agar dia mendapatkan perizinan pendirian organisasi di Dusun Berjo Kulon. Untungnya, jejak rekam sosok ini telah dikantongi oleh perangkat Desa Sidoluhur.

Kasi Pemerintahan Desa Sidoluhur Adi Arya Pradana mengakui usaha kuliner menjadi kedok Toto. Kenyataannya, yang mendatangi angkringannya adalah para pengikutnya. Beberapa perangkat sempat akan jajan namun ditolak kedatangannya.

“Ada teman-teman yang pura-pura jajan ditempat itu. Ditolak dengan alasan belum siap. Padahal setiap harinya ramai, tapi ya anggotanya sendiri,” jelasnya ditemui di Kantor Desa Sidoluhur, Rabu (15/1).

Cara terakhir mengelabuhi semakin nekat. Berkedok syuting film kolosal dengan latar belakang angkringan. Kenyataannya kegiatan tersebut merupakan wujud ritual para anggotanya.
Arya menuturkan Toto sempat mengelak. Sosok ini tetap berpegang teguh kegiatan itu bukanlah ritual. Walau orang-orang yang datang menggunakan ragam pakaian kolosal. Kala itu kegiatan yang disebut syuting itu berlangsung dari Oktober hingga November.

“Saat itu Babinsa dan Bhabinkamtibmas sampai terjun langsung kesana. Ada ritual dan suasana kerajaan tapi bungkusnya syuting film kolosal jaman Majapahit. Tapi saat itu ada unsur sepeti kerajaan. Alasan terakhir ingin jadi youtuber,” katanya.

Pasca syuting film, kegiatan para pengikut Toto semakin menjadi-jadi. Berlanjut dengan adanya pawai yang mendatangkan banyak orang. Uniknya, tak ada satupun warga Desa Sidoluhur yang dilibatkan.

“Ada pawai setelah film kolosal. Alasannya untuk pawai kirab manten, disitu ada anggota yang jadi maten lalu dikirabkan. Prosesinya persis seperti video viral yang Purworejo,” ujarnya.

Jajaran Pemdes Sidoluhur telah bersiap diri sejak awal. Terkait perizinan koperasi, sudah masuk sejak 2017. Kemudian dilanjutkan perizinan untuk organisasi Laskar Merah Putih. Info tentang Jogja DEC menjadi salah satu acuan. Sehingga dia menjamin perijinan terhadap organisasi milik Toto tak akan terbit. Tujuannya agar tidak timbul kegiatan yang meresahkan dan merugikan warga.

“Tanggal 30 Mei 2019 sempat kami panggil dan beliau menunjukan beragam arsip legalitas, salah satunya dari Kemenkumham tapi kami lihat tidak ada stempel pengesahan. Setelah kami tolak sempat pindah ke Sidoagung, tapi disana juga ditolak. Lalu ganti usaha buka angkringan Ambu,” katanya.

Arya mendampingi hingga proses penggeledahan rampung. Selama proses ini terlihat pula sosok Toto. Turut diamankan pula tangan kanan dia selama aktif organisasi Bandi. Nama terakhir ini tercatat sebagai warga Sidoagung Godean.

“Setelah Polda Jateng kembali, lokasi kami sterilkan. Ada empat karyawan atau pengikut di rumah itu. Kami berikan peringatan untuk mencopot semua atribut, bendera dan lambang,” tandasnya. (dwi/tif)