RADAR JOGJA – RSUP Sardjito telah menyiapkan delapan ruang isolasi terkait antisipasi penanganan virus korona. Fasilitas ini telah ada sejak medio 2003. Tepatnya saat merebak virus MERS dan SARS di Indonesia. Seluruhnya tetap berfungsi baik hingga saat ini.
Tim Panitia Penanggulangan Infeksi (PPI) RSUP Sardjito Purwaningsih menjelaskan fungsi dari ruang isolasi ini. Pastinya fasilitas ini berbeda dengan ruang karantina pada umumnya. Para pasien, lanjutnya, benar-benar terisolir dari dunia luar.
“Termasuk suplai udara yang masuk dan keluar benar-benar dijaga. Seseorang yang terjangkit virus termasuk korona tak bisa ditangani secara biasa. Harus masuk ruang isolasi untuk mengisolir penyebaran virus,” tegasnya ditemui di RSUP Sardjito, Selasa (28/1).
Ruang isolasi milik RSUP Sardjito ini menganut high efficiency particulate air (HEPA) system. Berupa ruang isolasi yang memiliki tekanan negatif. Fungsinya adalah menyaring sirkulasi udara dalam ruangan tersebut.
Walau berada dalam satu gedung, namun masing-masing ruangan berdiri secara mandiri. Setiap ruangan memiliki tempat tidur pasien. Antar ruangan ini dipisahkan oleh kaca kedap udara. Dia memastikan udara yang keluar dari ruangan telah jernih.
Selama berada di ruangan ini, pasien tak boleh dikunjungi. Termasuk kunjungan dari keluarga dan kerabat. Penempatan pasien juga terpisah. Langkah ini untuk mengantisipasi dan memutus rantai penularan.
“Tekanan negatif tadi merupakan mechanical HEPA filter. Udara kotor dialirkan keluar melalui sistem filtrasi tiga lapis. Diolah dengan mesin sebelum dibuang ke udara bebas. Pasti steril dan bersih, sehingga tidak akan berdampak ke lingkungan,” jelasnya.
Dokter Spesialis Paru Paru Munawar Gani menuturkan ada empat kategori penanganan. Tahapan awal adalah pemantauan. Tahapan kedua adalah pengawasan berlanjut dengan probable. Kategori keempat dalam penangan kasus adalah confirmed.
Virus yang muncul di Wuhan Tiongkok adalah varietas baru. Penamaan ilmiah untuk virus ini adalah novel corona virus 2019. Dalam kasus ini organ yang diserang adalah paru-paru. Bahasa medisnya adalah pneumonia.
“Berupa peradangan jaringan paru-paru oleh mikro organisme. Masa inkubasi virus ini antara dua sampai empatbelas hari. Kalau sudah lebih dari masa itu bisa dipastikan aman. Tapi setidaknya tetap periksa kesehatan,” ujarnya.
Awal perkembangan jenis virus ini hanya menjangkit hewan. Sayangnya seiring waktu berjalan bisa tertular dari hewan ke manusia. Bahkan perkembangan terbaru terjadi penularan dari manusia ke manusia.
“Beda dengan flu burung atau flu babi, jenis virus ini belum ada obat dan antivirusnya. Antisipasi bisa dengan suportif dengan gaya hidup yang sehat. Walau angka kematian lebih kecil dari MERS dan SARS tapi tetap wajib menjadi perhatian,” katanya. (dwi/tif)