RADAR JOGJA – Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIJ membenarkan bahwa kondisi tempat pengelolahan sampah terpadu (TPST) di Kecamatan Piyungan, Bantul sudah overload. Strategi penataan tengah disusun sebagai sebuah solusi. Berupa penerapan terasiring untuk membuka ruang baru untuk pembuangan sampah.

Kepala DLHK DIJ Sutarto menuturkan kondisi overload sudah terjadi sejak 2014. Sesuai namanya, TPST Piyungan menjadi rujukan tampungan sampah dari tiga wilayah sekaligus. Mulai dari Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul dan Kota Jogja.

“Idealnya sebenarnya hanya untuk satu wilayah saja. Jadi ini perbandingannya 1:3. TPST awalnya memang dirancang untuk menampung sampah dari Kota Jogja saja,” jelasnya dihubungi melalui sambungan telepon, Sabtu (1/2).

Pihaknya juga terus bekerjasama dengan instansi lain seperti Dinas PUP ESDM DIJ. Berupa pembangunan sistem terasiring di TPST Piyungan. Strategi ini diyakini mampu mengurangi tumpukan sampah di TPST tersebut.

“Ada rencana untuk membuat terasiring di sana (TPST Piyungan) agar menempatkan sampah dibuat sedemikian rupa. Rencananya tahun ini tapi yang finalnya ada di PU. Intinya akan dibuat seperti Bantar Gebang Jawa Barat,” katanya.

Penumpukan sampah terus meningkat setiap waktunya. Terlebih produksi sampah dari masyarakat juga tak berkurang. Jumlah ini masih ditambah adanya sampah dari wisatawan yang datang ke Jogjakarta.

Sebagai gambaran, TPST Piyungan mampu menampung 600 ton sampah per hari. Sementara saat masa musim liburan ada peningkatan volume sampah. Wisatawan, lanjuta Sutarto, bisa menyumbang hingga 12 persen volume sampah di Piyungan. 

“Saat musim liburan itu volume sampah naik sekitar 12 persen. Jadi sekitar 700 ton per hari sampah yang masuk ke TPST Piyungan itu berasal dari objek-objek wisata,” katanya.

Klasifikasi sampah plastik masih tergolong besar. Berdasarkan catatan DLHK DIJ, volume sampah plastik sekitar 22 persen. Sementara untuk sampah organik mencapai 37 persen. 

Permasalahannya, pengolahan sampah plastik tak semudah sampah organik. 

Itulah mengapa DLHK DIJ terus mendorong pengelolaan sampah rumah tangga. Karena limbah plastik tak selamanya berakhir di tempat sampah. Pemanfaatan menjadi bahan daur ulang dinilai lebih efektif. 

“Sampah plastik ini bisa dimanfaatkan apabila diolah lagi. Memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat. Disatu sisi cara ini juga memiliki dampak positif bagi lingkungan. Jadi kesadaran masyarakat harus tinggi di ranah pengolahan,” ujarnya. (dwi/tif)