RADAR JOGJA – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul nenetapkan Bumi Projo Tamansari berstatus tanggap darurat bencana hidrometeorologi. Penetapan status tangga darurat ini berlaku selama 3-4 hari. Keputusan ini menanggapi peringatan dini dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengenai peningkatan kejadian banjir, puting beliung, cuaca ekstrem dan longsor di Bantul.
Kepala BPBD Bantul Dwi dariyanto meminta masyarakat Bantul untuk menyadari berada di wilayah hilir. Hujan yang terjadi di Kabupaten Sleman dan Kota Jogja dapat berubah menjadi ancaman. “Kalau Sleman dan Kota Jogja hujan deras, otomatis yang paling terdampak adalah Bantul,” ujarnya saat ditemui usai Rakor Tanggap Darurat Kebencanaan di ruang kerja Bupati Bantul, Kamis (5/3).
Terbukti hujan yang mengguyur DIJ sejak Rabu sore (4/3) telah mengakibatkan 11 titik gerak tanah, 10 titik pohon tumbang, 14 titik genangan banjir. Diperkirakan kerugian akibat hidrometeorologi di Bantul lebih dari Rp 348 juta. Hidrometeorologi berdampak di 15 kecamatan yang meliputi 25 desa.
Dwi menghimbau warga yang tinggal di bantaran sungai untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan. Ketika hujan menguyur Sleman sekitar 2-3 jam, debit air sungai di Bantul akan naik. “Masih ada waktu untuk mempersiapkan diri dan menyelamatkan harta benda,” jelasnya.
BPBD Bantul pun telah menyiapkan logistik guna merespons kejadian yang tidak diinginkan. Ia menyebut BPBD memiliki material bangunan dan bahan makanan. “Kalau butuh, diambil tidak masalah,” sebutnya.
Pemkab Bantul telah menyiapkan anggaran tidak terduga yang dapat digunakan jika terjadi hidrometeorologi. Tahun ini tersedia anggaran Rp 3 miliiar. “Mekanismenya BPBD mengusulkan kepada bupati agar kerusakan akibat bencana bisa dibiayai oleh anggaran ini,” jelas Sekda Bantul Helmi Jamharis.
Kegiatan tanggap darurat dapat pula dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten (DPUPKP) Bantul. “Karena terkait dengan kemampuan melaksanakan, seperti perbaikan jalan atau dam,” tambahnya.
Radar Jogja kemarin melihat langsung lokasi longsor di jalan Mangunan, Imogiri. Di lokasi itu terdapat empat titik longsor. Menurut penjaga PIAT UGM Mangunan Parijan, longsornya tanah akibat hujan yang turun selama satu hari satu malam. Tanah berjenis cadas itu gampang dimasuki air. Selain itu pengerukan tanah saat pelebaran jalan Mangunan justru membuat tepian tebing tegak 90 derajat. “Tanahnya agak tegak. Nggak landai. Jadi rawan longsor,” sebutnya.
Dampak hidrometeorologi juga tampak di Dusun Bakulan Kulon, Patalan, Jetis, Bantul. TK PKK Bakulan dan SDN Bakulan tergenang air. “Masuk dalam masjid juga. Ini sudah agak reda. Kemarin lebih tinggi lagi,” ujar Bandiono, 64, warga setempat.
Hidrometeorologi juga menyebabkan Dam Kali Progo di Srandakan jebol. Air tidak meluap sampai ke jalan. Lahan pertanian warga ikut terendam. “Ketahuan tadi pagi. Mungkin kejadiannya tadi malam,” kata Aiptu Susanto dari Polsek Srandakan.
Pencarian warga Kembangsanga, Trimulyo, Jetis, Bantul, Pairin, yang diduga terseret aliran Kali Opak pun jadi terhambat. Penyisiran sungai tidak dapat dilakukan. Sebab, debit air Kali Opak masih tinggi. “Saat ini belum bisa diturunkan tim. Tapi tim tetap tersebar. Pantauan dilakukan di dam-dam. Juga sudah buat peta penyisiran,” ujarnya.
Hujan semalam juga menjadikan Sungai Bulus yang melintas di Padukuhan Manggung Titang, Sumberagung, Jetis, meluap. Luapan air sungai merendam tujuh rumah di RT 5 atau sebanyak 8 kepala keluarga (KK).
Jumadi, 54, warga RT 05 mengatakan, hujan dengan intensitas sedang mengguyur wilayah itu sejak Rabu Sore (5/3) hingga Kamis dini hari. Mengakibatkan debit sungai naik dan air membeludak ke rumah warga. Air mulai menggenang sejak pukul 13.00. Puncaknya pukul 06.00. Tinggi air mencapai 50 cm atau selutut orang dewasa.
“Sini memang jadi langganan banjir sejak 2017. Berturut-turut selalu banjir,” ungkap Jumadi saat ditemui Radar Jogja, kemarin (5/3). Menurutnya, Sungai Bulus terlalu sempit menerima limpasan air dari hulu, sehingga apabila terjadi hujan semalam, dipastikan banjir.
Beruntung warga sekitar siap siaga di musim ini. Semua berkas penting terlebih dahulu diselamatkan. Selanjutnya alat-alat elektronik. Tingginya air juga menutup jembatan Sungai Bulus. Banjir mulai surut sekitar pukul 08.00.
Hal yang sama juga dirasakan Muhammad Danuri alias Paiman, 62. Hujan semalam suntuk membuatnya waswas. Jika itu terjadi, terlebih dahulu dia mengamankan barang berharga miliknya. “Saya amankan barang-barang ke dalam papakan di atas loteng. Saya sekeluarga ngungsi,” ungkapnya.
Dia mengatakan, meluapnya air juga akibat belum adanya talut. Pembuatan talut oleh pemerintah belum dilanjutkan lagi, sehingga jika tekanan air dari hulu kuat, maka akan banjir. Dalam tiga tahun terakhir, banjir bisa terjadi hingga tiga kali dalam setahun. Dia berharap, pemerintah memberikan solusi mengatasi banjir. “Kami berharap pemerintah memberikan bantuan talut, sehingga air tidak masuk ke pemukiman warga,” tuturnya. (cr2/mel/laz)