RADAR JOGJA – Wacana relokasi tempat khusus parkir (TKP) Abu Bakar Ali (Aba) membuat juru parkir (Jukir) resah akan pendapatan yang semakin sepi. Kondisi itu dirasakan sejak dipindahnya tempat parkir dari Malioboro ke TKP Aba, 2016 lalu.
Armansyah salah satu jukir TKP Aba mengatakan, saat ini pendapatan makin sepi dibandingkan saat masih mengelola parkir di Malioboro. Pendapatan yang masuk Rp 50 ribu per orang bersih dibandingkan sekarang. Dimana untuk mendapatkan Rp 50 ribu saja harus didapat setiap dua hari sekali. ” Sekarang buat makan kurang-kurang,” katanya, ditemui disela menunggu TKP Aba, Jumat (6/3).
Bapak dua anak itu menuturkan faktor penyebab sepi pengunjung yang parkir diprediksi karena akses yang sulit untuk masuk ke TKP Aba. Kondisi menanjak terlalu tinggi dan tidak sedikit orang terbiasa dengan akses tersebut. Apalagi masih maraknya tempat parkirr sirip jalan maupun gang-gang masuk di jalan Malioboro.
Di TKP Aba, lanjut laki-laki 50 tahun itu, hanya padat dikunjungi oleh warga penghuni seperti pedagang kaki lima (PKL) maupun penjaga toko dan kios. Sisanya jumlah motor bisa dihitung karena terlalu sepi. Lebih banyak ruang kosong daripa yang terisi.
Jukir TKP Aba merupakan pindahan dari jukir di Pedestrian Malioboro dari Pasar Beringharjo hingga ujung utara. Jumlahnya sekitar 150 orang, sistemnya dibagi dalam dua grup dan dua shift. “Masuknya setiap dua hari sekali. Kalau masuk semua bisa-bisa dapatnya cuma Rp 10 ribu per orang,” pungkasnya.
Jukir TKP Aba lainnya, Dani mengatakan dulu parkir di depan Hotel Ina Garuda dengan pendapagan sehari mencapai antara Rp 80-90 ribu. Setelah pindah menjadi sepi. Jumlah yang sama hanya didapat ketika event seperti Selasa Wage atau event lain. ”Setiap akhir pekan saja hanya memeperoleh pendapatan Rp 65 ribu tiap dua hari,” jelasnya.
Sedangkan, Kardono mengungkapkan hal senada. Dia harus membiayai dua anaknya yang masih menempuh pendidikan SMK dan SMP dengan penghasilan yang sepi itu. “Coro awakdewe ming adol bau. Mau kerja lain nggak punya keterampilan,” ungkapnya.
Namun, dia dan beberapa temannya itu sangat mendukung pembangunan Kota Jogja. Tetapi, diharapkan dengan perkembangan pembangunan tersebut dapat berpengaruh pada kehidupannya minimal bisa hidup dan memerlukan kebutuhan setiap hari. “Kalau kami kerja nggak dapat apa-apa ya untuk apa. Kalau 50 ribu dibagi dua hari, kerja sekali pendapatan kami hanya Rp 25 ribu,” ucap laki-laki 58 tahun.
Dia berharap dengan wacana relokasi TKP Aba setidaknya bisa dipindah di lokasi parkir yang tidak jauh dari kawasan malioboro. Agar pendapatannya tidak semakin sepi, pun memudahkan pengunjung parkir mendekatkan lokasi terdekat dengan malioboro. “Ibarat kita dipindah di ujung sini saja sudah sepi apalagi kalau di luar jauh dari Malioboro. Semoga bisa ditempatkan dekat dengan malioboro,” harap Bapak empat anak. (wia/bah)