RADAR JOGJA – Merebaknya virus korona menyebabkan beberapa aktivitas di sekolah diliburkan dan siswa belajar di rumah. Menyikapi hal ini, Guru Satuan PAUD Sejenis (SPS) An Nurumi, Candisari, Kalasan, Sleman, Fefin Dwi Setyawati, menciptakan sebuah alat untuk peserta didik belajar di rumah. Yakni berupa APE atau alat permainan edukasi.

JIHAN ARON VAHERA, Radar Jogja, Sleman

Fefin, sapaan akrabnya, mengaku menciptakan alat itu karena terinspirasi dari maraknya Covid-19 yang menjadikan anak-anak sekolah harus belajar di rumah. Dengan alat edukasi peduli lingkungan itu, ia berharap anak-anak tetap dapat teredukasi, sehingga dapat mencegah berbagai penyakit seperti yang saat ini berkembang, seperti virus korona dan demam berdarah dengue (DBD).

APE merupakan dongeng animasi yang bertemakan Peduli Lingkungan dan Game Tong Sampah Pintar dan Botol Kreatif. Dongeng animasi itu dibuat seperti film kartun berdurasi pendek menggunakan aplikasi video editing, dengan pengisi suara sendiri, sehingga familiar di telinga anak-anak didiknya. “Kebetulan saya hobi video editing,” jelas Fefin (18/3).

Fefin menyebutkan APE yang dia buat yaitu menggabungkan antara digital dan konvensional. Dongeng animasi itu berdurasi tujuh menit. Dengan menggabungkan gambar-gambar karakter binatang lucu. Materi-materinya pun tidak lepas dari masalah lingkungan. Yaitu bagaimana menjaga kebersihan, membuang dan memilah sampah dengan benar. “Agar tidak menimbulkan penyakit dan bencana,” kata peraih juara II Pendidik PAUD Non Formal Berprestasi Tingkat Kabupaten Sleman 2019 itu.

Dongeng itu juga sebagai pengantar bermain permainan tong sampah pintar dan botol kreatif. Tong sampah pintar terbuat dari kardus bekas dengan sampahnya. Misalnya, untuk sampah organik dengan daun kering dan non organik dengan botol dan plastik bekas. Harapannya anak-anak bisa langsung memilah sampah organik dan non organik dengan benar dan tepat.

Anak-anak distimulasi kreativitasnya dengan membuat karya dari sampah yang sudah dipilah. Yaitu membuat kerajinan pot bunga dari botol plastik bekas dengan cara yang mudah dan aman, kemudian dicat. Selain itu, juga bisa membuat wayang kardus berhias kulit bawang kering. Wayang selanjutnya untuk bermain peran, sebagaimana karakter dalam dongeng animasi.

Untuk botol kreatif, Fefin membuat dari botol plastik bekas, karet sendal bekas, kawat, dan gunting. Sehingga menjadi alat mekanik sederhana pemotong kulit buah pisang yang mudah digunakan anak dan tidak membuat tangan kotor. “Kulit buah pisang yang sudah dipotong kemudian dibuat pupuk organik,” ujarnya.

Di akhir permainan anak-anak diajak menanam pohon. Itu dengan memanfaatkan hasil karya pot dari botol plastik bekas dan pupuk organik dari kulit pisang yang sudah dipotong dan dicampur bahan lainnya yaitu gula merah, cucian beras dan larutan Em4.

Setelah selesai bermain, diakhiri dengan cuci tangan menggunakan sabun. Para orang tua di rumah dapat memutar dongeng untuk menstimulus anak bermain sambil belajar dan berkreativitas seperti saat di kelas. “APE Tong Sampah Pintar dan Botol Kreatif sangat sederhana, sehingga bisa dibuat orang tua di rumah,”  tambahnya.

Menurutnya, dongeng adalah metode yang efektif untuk menyampaikan pesan kepada anak-anak PAUD. Dongeng animasi merupakan alternatif untuk menyampaikan pendidikan karakter kepada peserta didik yang merupakan generasi Alfa. Di sisi lain juga untuk mereduksi pengaruh produk digital, seperti film-film kartun yang kurang menanamkan rasa cinta tanah air.

Selain itu, yang diajarkan juga relevan dengan keadaan sekarang yakni maraknya Covid-19. Dalam dongeng itu terdapat ajaran untuk mencuci tangan dengan bersih. Bagi Fefin, inovasi ini sekaligus menjawab tantangan mendidik generasi Alfa. Yakni, sebagian besar orang menganggap media digital tidak baik untuk anak-anak. Sementara para pendidik PAUD dituntut mempersiapkan generasi unggul. “Bagaimana mungkin dengan menjauhkan teknologi digital bisa mencetak generasi unggul di era digital?” resah Fefin.

Dia berharap APE dapat berperan dalam mencegah virus korona. Selain itu dia juga berharap pemerintah dapat segera mengatasi virus ini agar tidak sampai menyebar dan membahayakan masyarakat, sehingga anak-anak bisa kembali belajar di sekolah.

Salah seorang wali murid, Peny Arum Patmawati, 30, mengaku dongeng animasi dan permainan tiga cegah itu sangat menarik dan bermanfaat. Menurutnya, anaknya bernama Astagina Lituhayu, 4, dengan APE semakin semangat belajar di rumah, menjadi rajin mencuci tangan, dan sadar membuang sampah dengan baik. “Selain itu, Gina menjadi kreatif,” tutur warga Krajan, Tirtomartani, Kalasan, Sleman, itu. (laz)