JOGJA – Kondisi Gunung Merapi turut berpengaruh pada jalur mudik Lebaran 2018. Terutama jalur alternatif penghubung Tempel-Turi-Cangkringan hingga Kalasan. Berada di sisi utara, jalur ini memiliki jarak terdekat dengan Gunung Merapi.

Dirlantas Polda DIJ Kombespol Latif Usman mengakui ada pertimbangan khusus pasca erupsi Merapi. Jalur utara merupakan jalur alternatif yang kerap dilalui pemudik. Jalur ini mampu menyambungkan antara Magelang ke Klaten maupun arah Gunungkidul dan Bantul.

“Merapi masih tergolong aktif dan belum bisa diprediksi aktivitasnya. Masih kami pertimbangkan untuk jalur lainnya. Tapi selama masih aman, jalur Tempel Kalasan tetap bisa dilalui,” jelasnya Minggu (27/5).

Saat ini Ditlantas Polda DIJ terus berkoordinasi dengan BPPTKG Jogjakarta terkait perkembangan Gunung Merapi. Langkah persiapan lainnya dengan mengoptimalkan jalur mudik utama. Seperti diketahui jalur Ringroad Utara masih menjadi pilihan bagi para pemudik.

“Masih bisa dilalui baik dari arah Magelang maupun Kulonprogo. Dari ringroad utara nanti melalui Maguwoharjo lalu menuju Prambanan jika ingin ke Klaten. Kalau ke Bantul bisa melalui Janti ke selatan,” katanya.

Persiapan musim mudik lebaran memang dilakukan secara matang. Terlebih saat ini ada beberapa akses jalan baru bagi para pemudik yang memasuki Jogjakarta. Sehingga perlu manajemen lalu lintas terutama yang berdekatan dengan akses objek wisata.

Ditlantas Polda DIJ sendiri berupaya melakukan penyaringan pengendara kendaraan. Sasarannya adalah kendaraan roda dua yang memasuki wilayah DIJ. Mulai dari imbauan batas maksimal kecepatan hingga kelengkapan dalam berkendara.

“Jika terbukti menyalahi aturan akan kami hentikan lalu diberi janur kuning. Kalau untuk batas maksimal kecepatan di daerah rawan 50 kilometer per jam,” ujarnya.

Perwira tiga melati ini menjelaskan janur kuning tidak sekadar hiasan. Pemberian janur kuning sebagai penanda bahwa pengendara telah melanggar aturan lalu lintas. Selain menjadi pengingat bagi petugas juga imbauan kepada pengendara lainnya.

Pemberian janur kuning sejatinya merupakan tindakan represif edukatif. Hanya saja diwujudkan dengan penyematan janur sebagai wujud kasat mata. Paling kerap terjadi adalah pelanggaran muatan tiga orang untuk kendaraan roda dua.

“Bagi sebagian pemudik, pulang kampung dengan motor itu pilihan. Tapi di sisi lain sangat membahayakan jika sampai muatannya tiga orang atau membawa barang melebihi kapasitas angkutnya. Setidaknya pemasangan janur kuning bisa menjadi perhatian personel di lapangan,” jelasnya.

Penyaringan akan dilakukan di sejumlah wilayah masuk menuju Jogjakarta. Setidaknya sudah ada dua titik yang direncanakan, Temon Kulonprogo dan perbatasan Sleman dengan Magelang. Di samping itu, setiap pos lalu lintas juga dapat melakukan pemasangan janur kuning jika menemui pelanggaran.

Check point direncakan di titik masuk menuju Jogjakarta. Setidaknya ini langkah awal, tapi nanti di wilayah dalam Jogjakarta juga tetap ada pemantauan,” katanya. (dwi/iwa/mg1)