SLEMAN – Kabar ditangkapnya terduga teroris Joko Susilo oleh Densus 88 di Proliman Kalasan Rabu (18/7) siang bukan isapan jempol. NH, 38, adik kandung Joko, membenarkan hal itu, Kamis (19/7). Bahkan saat itu NH turut digiring ke Mapolda DIJ dan diinterogasi anggota densus.
NH tak menampik adanya perubahan sikap pada kakaknya. Bahkan dengan tegas NH mengakui jika kakaknya telah menyimpang dari akidah. “Benar terlibat suatu jaringan radikal, tapi saya tidak tahu berafilisiasinya ke mana,” ungkapnya.
Selama interogasi, kata NH, polisi lebih banyak bertanya tentang keseharian Joko. Setelah menjalani pemeriksaan seharian, NH akhirnya diperbolehkan pulang sekitar pukul 20.00. Dia diantar oleh personel yang sama ketika menciduknya.
NH mengungkapkan, Joko ditangkap sekitar pukul 13.00 ketika sedang membantu adik bungsunya berjualan es dawet hitam di pinggir Jalan Jogja – Solo. Tepatnya di Dusun Keniten, Tamanmartani, Kalasan. NH turut dibawa Densus 88 karena mengaku sebagai saudara Joko.
“Saya kira ada kecelakaan kok ramai-ramai. Saat saya datangi ternyata kakak saya ditangkap. Waktu itu saya bilang kalau dia kakak saya,” bebernya. Karena pernyataannya itu NH justru ikut diciduk anggota densus. Dia diangkut satu mobil dengan Joko. Menurut NH, mata Joko ditutup kain saat dimasukkan mobil. Begitu pula dengannya. “Tapi penutup mata saya dibuka di tengah perjalanan,” kata NH.
NH mengaku sudah sering mengingatkan Joko. Agar dia kembali seperti sedia kala. Namun, imbauan dan peringatan tak pernah digubris. Bahkan hubungan Joko dengan keluarga besarnya semakin renggang. Terutama dengan orang tua dan saudara-saudaranya. “Saya juga pernah berdebat tapi ya begitu. Salah satu yang menyimpang adalah tidak wajib salat Jumat,” beber NH.
Dikatakan, Joko mengalami perubahan perilaku sejak empat tahun lalu. Hubungan Joko dengan keluarga pun mulai renggang sejak saat itu. Terutama dengan orang tua dan saudara-saudaranya.
Perubahan yang dialami Joko berjalan secara perlahan. Puncaknya sekitar lima tahun lalu. Saat itu Joko menyatakan sikap berbeda dengan keluarga besarnya. Selanjutnya pria 40 tahun itu menjadi lebih tertutup, terutama dalam hal keyakinan. NH bahkan sudah dua tahun terakhir ini tak berkomunikasi dengan kakaknya itu. Karena itu keluarga besar Joko tidak kaget ketika pria bernama alias Abu Jalal ditangkap Densus 88.
NH juga baru mengetahui jika sang kakak memiliki nama lain Abu Jalal. Selama ini Joko tidak pernah menyebut nama aliasnya. Informasi ini justru diperoleh NH dari temannya yang tersebar di media sosial.
Mengenai nasib Joko selanjutnya NH menyerahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian. Keluarga berharap ada pendampingan deradikalisasi untuk Joko. Agar bapak dua anak ini bisa kembali seperti dahulu. “Semoga kakak kami ini sadar telah menyimpang,” katanya.
Sementara itu, St, istri Joko, berharap suaminya dibebaskan. Ditemui di kediamannya, Dusun Karangmojo, Tamanmartani, Kalasan, dia menyatakan suaminya tidak terlibat jaringan apa pun. Kendati demikian, ibu dua anak ini tetap pasrah menunggu hasil penyidikan Densus 88. “Mboten nderek napa-napa, biasa mawon (Tidak ikut apa-apa, biasa saja),” ujarnya. Keseharian Joko, menurut St, hanya jualan dawet membantu adik bungsunya. Juga nyambi jadi driver ojek online.
Saat rumahnya digeledah, St bersama Ketua RW 02 Karangmojo Riyanto dan dukuh setempat menjadi saksi. Penggeledahan berlangsung sekitar satu jam sejak pukul 14.00. St mengaku, ketika itu sempat menanyakan keberadaan suaminya. Hingga kemarin siang St mengaku belum mendapat informasi terkait suaminya. Setahunya, sang suami masih berada di Mapolda DIJ. Namun, niat untuk menjenguk Joko diurungkannya, mengingat prosedur yang begitu ketat.
Lebih lanjut St mengatakan, Joko adalah seorang lulusan sekolah menengah kejuruan jurusan kelistrikan. Berkat kemampuannya, Joko kerap dipanggil kerja di Jakarta. Bekerja di sebuah proyek listrik.
Ditangkapnya Joko praktis membuat St harus menjadi kepala rumah tangga sementara waktu. Termasuk untuk menghidupi kedua anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Karena selama ini Joko yang menjadi tumpuan roda ekonomi keluarga.
Sebagaimana diketahui, Rabu (18/7) pada waktu hampir bersamaan Densus 88 menangkap dua terduga teroris di wilayah Sleman. Selain Joko, densus meringkus Ismail Alamsyah di Dusun Ngropoh, Condongcatur, Depok, Sleman.
Kapolda DIJ Brigjen Polisi Ahmad Dofiri membenarkan penangkapan dua terduga teroris tersebut. “Benar ada pergerakan Densus 88. Ada tiga lokasi (digeledah, Red) dan dua orang yang diamankan,” katanya.
Dofiri menegaskan, penyelidikan dan penyidikan kasus tersebut sepenuhnya menjadi kewenangan Densus 88. (dwi/yog/mg1)