Angin Kering Bikin Kulit Mbekisik
JOGJA – Beberapa hari ini warga Jogjakarta merasakan hawa dingin tak seperti biasanya, terutama saat malam dan pagi. Suhu udara terasa lebih dingin, mencapai di bawah 18 derajat Celsius. Kepala Stasiun Klimatologi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) DIJ Agus Sudaryatno menjelaskan, suhu dingin yang terjadi menandakan masuknya musim pancaroba. Dari kemarau ke penghujan.
“Suhu rendah disebabkan udara yang mengalir dari Australia ke Asia merupakan udara kering dan bersifat dingin,” katanya kemarin (3/8).
Prakirawan BMKG DIJ Sigit Hadi Prakosa menambahkan, Pulau Jawa menjadi wilayah terdampak suhu dingin karena berhadapan langsung dengan Benua Australia. Faktor lainnya, langit yang cerah pada malam hari membuat pelepasan radiasi bumi ke awan tidak terhalang awan. Di beberapa tempat yang lebih tinggi di DIJ, kata Sigit, suhu bisa lebih rendah dari 18 derajat. “Ini sebenarnya siklus rutin. Setiap tahun, sekitar Juli sampai Agustus,” jelasnya.
Kendati demikian, suhu sekarang lebih dingin jika dibanding tahun lalu yang rata-rara terendahnya hanya 20 derajat Celsius. “Sekarang semakin rendah, dua hari lalu (4/8) malah 17 derajat,” tambahnya.
Perbedaan tersebut karena pada tahun ini terjadi mekanisme perbedaan tekanan udara yang cukup signifikan antara belahan bumi utara dengan belahan bumi selatan di sekitar Australia. Ditambah adanya siklon tropis di belahan bumi utara.
Sigit menambahkan, udara dingin saat ini termasuk kriteria dingin kering. Meski angin yang berebus dingin, tekanan dan kelembabannya sangat rendah. Sehingga berdampak pada kondisi kulit manusia yang menjadi sangat kering. “Kelembaban hanya 45 persen, kandungan uap air itu sangat rendah, jadi ya bikin kulit kering dan mbekisik. Itu yang kami rasakan,” ujarnya. (tif/yog/mg1)