SLEMAN – Rasa cinta terhadap Kabupaten Sleman memotivasi Joni Prasetyo, 24, untuk maju sebagai bakal calon legislatif (Bacaleg). Tak hanya itu, keresahannya terhadap fasilitas dan infrastruktur di Sleman menggerakkan hatinya untuk melakukan perubahan.
Bacaleg yang maju dari Daerah Pemilihan (Dapil) III DPRD Kabupaten Sleman ini melihat banyak potensi yang bisa digali. “Antusias anak-anak muda terhadap sepak bola cukup tinggi. Tapi fasilitas di Stadion Maguwoharjo masih minim,” ujar pria kelahiran 9 Juni 1994 tersebut.
Selain itu, masih banyak aspirasi yang ingin Joni sampaikan mewakili kalangan milenial. Jiwa muda itulah yang mendasari Joni memilih Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sebagai wadahnya dalam berpolitik. PSI dipilih karena melihat track record-nya yang masih bersih.
Ada beberapa visi dan misi yang ingin dicapai oleh Joni. Dia menyusunnya dalam tiga program solidaritas. Pertama yakni solidaritas ekonomi. Pada aspek tersebut dia mengajak masyarakat untuk mencintai dan membeli produk asli dari daerahnya. Hal ini diyakini mampu meningkatkan perekonomian daerah.
Program kedua adalah solidaritas pembangunan fisik. Dalam hal ini Joni menyoroti jalanan yang masih berlubang. Padahal jalan tersebut menjadi pilihan utama masyarakat seperti yang terjadi di Ngemplak.
Tak hanya pembangunan fisik, Joni juga ingin ada pembangunan di bidang Sumber Daya Manusia (SDM). Pada aspek ini, remaja menjadi fokus perhatiannya.
“Kalau kaum remaja tidak dikelola dengan benar ujungnya muncul klithih atau vandalisme,” jelas Joni. Oleh sebab itu dia menginginkan adanya ruang bagi kaum muda untuk berkreasi dan mengekspresikan diri.
Lalu program ketiga yakni solidaritas pendidikan dan kesehatan. Menurutnya, pemerintah harus bisa merangkul semua lapisan masyarakat untuk meningkatkan aspek tersebut.
Sementara itu, media sosial dan pendekatan langsung kepada masyarakat menjadi caranya untuk berkampanye kelak. “Saya lebih senang terjun langsung ke masyarakat, khususnya anak-anak muda,” ucap pria yang gemar traveling ini.
Joni mengungkapkan, keputusannya menjadi Bacaleg ini membuat keluarga terkejut. Terlebih saat ini dia masih berstatus sebagai mahasiswa semester akhir. “Tapi saya mau belajar politik sekaligus praktik. Jadi sekarang berusaha untuk membagi waktu antara pendidikan dan keinginan menjadi caleg,” ungkapnya. (cr9/ila)