PURWOREJO – Spanduk sepanjang hampir empat meter bertuliskan “Purworejo Kota Pejuang” yang dilakukan anggota drum band Gita Abdi Praja disambut tepuk tangan meriah ratusan warga di depan Pendopo Rumah Dinas Bupati, Minggu (11/11). Pejuang adalah simbol perjuangan tidak akan pernah pudar hingga akhir hayat.

Drum band dari Institut Pendidikan Dalam Negeri (IPDN) memang menjadi salah satu sajian dalam kegiatan Napak Tilas Tentara Pelajar Brigade XVII yang mengambil star di Makam Tentara Pelajar di Desa Wareng, Kecamatan Butuh dan berakhir di depan Pendopo Kabupaten. Kelompok ini sendiri membuka jalan dari depan SMPN 1 Purworejo bagi 1.500 peserta napak tilas serta karnaval sebagai bentuk penghargaan bagi para pahlawan dan Tentara Pelajar.

Ketua panitia kegiatan Dwi Wahyu Atmaji mengungkapkan, Tentara Pelajar menjadi tokoh di balik layar pendirikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Purworejo tahun 1950. Dari catatan yang ada, sekolah yang sekarang bernama SMAN 1 Purworejo itu menjadi SMA Negeri ke-50 di seluruh Indonesia.

“Tidak kalah penting dicatat, sekolah itu menjadi yang pertama di Indonesia sebuah SMA didirikan di kabupaten,” kata Dwi Wahyu Atmaji yang kesehariannya menjabat Sekretaris Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Refomasi Birokrasi (Menpan RB) ini.

Dikatakan, kegiatan ini merupakan bentuk bakti dari Muda Ganesha (MG) yang menjadi perhimpunan alumni SMAN 1 Purworejo bagi daerah. Pemilihan Hari Pahlawan sebagai titik tonggak pendeklarasian Purworejo Kota Pejuang sendiri dinilai tepat sebagai momentum untuk mengingat jasa pahlawan.

“Kalau kita menyebut Kota Pahlawan sudah ada Surabaya. Kami rasa lebih tepat memakai Purworejo Kota Pejuang, selain kita memiliki sejumlah pahlawan di mana terakhir kemarin ada Kasman Singodimedjo yang ditetapkan sebagai pahlawan oleh Presiden masih ada beberapa nama lain yang sudah tercatat seperti Ahmad Yani, Urip Soemohardjo serta WR Soepratman,” tambah Dwi Wahyu.

Dikatakan, kata pejuang akan lebih bisa diterima masyarakat dibanding kota pahlawan. Ungkapan itu dimaksudkan bahwa perjuangan tidak akan pernah selesai karena aspirasi dari masyarakat itu terus berkembang. “Katakan negara yang sudah maju pun mereka tetap berjuang agar bisa lebih maju lagi,” katanya.

Bupati Purworejo Agus Bastian sendiri mengaku bisa menerima ungkapan Purworejo Kota Pejuang itu. Menurutnya, banyaknya para pejuang atau pahlawan dari Purworejo menunjukkan jika kota itu selalu mendukung upaya kemerdekaan Indonesia.

DEKLARASI: Bupati Purworejo Agus Bastian (dua dari kanan) bersama Ketua MG Dwi Wahyu Atmaji (paling kanan), Ketua DPRD Luhur Pambudi Mulyono (dua dari kiri) dan Prof Kunto Wibisono. (BUDI AGUNG/RADAR JOGJA)

“Kegiatan ini sudah dibuka sejak Jumat lalu. Dan kebetulan di hari tersebut saya mendampingi keluarga Kasman Singodimedjo mendapat anugerah atau penghargaan Pahlawan Nasional dari Purworejo,” kata Agus Bastian.

Dikatakan, memang Purworejo memiliki cukup banyak pahlawan di mana empat di antaranya telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Selaras dengan hal itu, Pemkab Purworejo akan membangun sebuah kawasan yang selama ini diperuntukkan bagi Bumi Perkemahan dijadikan Heroes Park.

Ditempatkan di Pedukuhan Punthuk, Kecamatan Purworejo Kota, kawasan itu diharapkan akan lebih dikenal lagi oleh masyarakat dan menjadi salah satu tempat pengingat tokoh-tokoh pahlawan nasional di Purworejo.

“Dalam kesempatan ini saya juga perlu mengajak semua elemen masyarakat, tidak terkecuali para alumni MG untuk turut memperjuangkan agar Purworjejo ini lebih dikenal lagi,” tambahnya.

Dia menyebut Purworejo akan berkembang menjadi sebuah kota yang tidak terbayangkan sebelumnya. Adanya program pembangunan akan ditempatkan di Purworejo maupun NYIA yang ada di Kulonprogo akan memberikan banyak warna bagi Purworejo.

Ketua DPRD Luhur Pambudi Mulyono juga mendukung langkah Muda Ganesha mempelopori pemunculan Purworejo Kota Pejuang. Ini akan menjadi tonggak perjuangan membangun Purworejo dengan cara dan konsep yang baru.

“Ini bisa menjadi wujud perubahan paradigma, supaya mindset berpikira orang-orangnya menjadi pekerja keras yang berjuang dengan sekuat tenaga untuk mencapai Purworejo mulyo yang seadil-adilnya,” kata Luhur.

Dalam kegiatan napak tilas sendiri dilakukan beberapa kegiatan pendukung, di antaranya, upacara Hari Pahlawan di makam tentara pelajar Wareng, pameran produk lokal, lomba menggambar dan mewarnai, serta pameran alutsista. (udi/laz/er/mg3)