Desa Argomulyo, Cangkringan, Sleman keluar sebagai juara pertama lomba desa dan kelurahan tanggap bencana (destana/katana) tingkat DIY yang digelar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY.

Desa ini termasuk daerah rawan bencana karena berada di bawah Gunung Merapi. Kondisi tersebut membuat warganya selalu siap siaga setiap saat jika sewaktu-waktu Merapi meningkat aktivitasnya.

Kepala Desa Argomulyo Darjono mengapresiasi terhadap BPBD DIY yang telah mengadakan lomba tersebut. Lomba itu telah membuat warganya tergugah. “Keberadaan destana penting menciptakan masyarakat tangguh dan mandiri menghadapi bencana. Keberadaan destana harus tetap eksis. Kami berharap terus mendapatkan pendampingan dan bimbingan,” katanya.

Secara geografis Desa Argomulyo berada di wilayah rawan erupsi. Sebab jaraknya 15 km dari puncak gunung teraktif di dunia tersebut. Sementara jarak aman pada erupsi 2010 lalu 20 km. Dengan jarak tersebut maka warga setempat perlu mengungsi saat terjadi erupsi Merapi.

“Lomba ini perlu dilanjutkan di tahun-tahun mendatang agar masyarakat selalu siap dan waspada,” harapnya.

Sebagai juara pertama, Desa Argomulyo berhak atas uang pembinaan Rp 30 juta. Selanjunya Juara II, Desa Kemadang, Tanjungsari, Gunungkidul mendapatkan Rp 20 juta dan Juara III Desa Sidomulyo, Pengasih, Kulonporogo mendapatkan uang pembinaan Rp 10 juta.

Penyerahan hadiah dilakukan Kepala Pelaksana BPBD DIY Biwara Yuswantana di kantor BPBD DIY Jalan Kenari Yogyakarta, Kamis (27/12). Dia didampingi Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD DIY Fauzan.

Biwara dalam sambutannya mengingatkan, keberhasilan pembangunan salah satu indikasinya masyarakat memiliki rumah layak huni. Juga adanya infrastruktur. Fungsi mitigasi bencana untuk mengurangi dampak bencana dan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat.

“Jika ada mitigasi bisa meminimalkan potensi kerusakan hingga separonya. Misalnya siklon cempaka yang terjadi tahun lalu. Kerugian mencapai Rp 500 miliar,” ungkapnya.

Dia berharap, lomba destana/katana itu menjadi upaya pendekatan menjaga kesiapsiagaan masyarakat. Kesiapsiagaan berbasis masyarakat terbangun melalui wadah lomba destana/katana maupun early warning system di masyarakat sehingga bisa peka saat menghadapi ancaman bencana. (riz/kus/fn)