SLEMAN-Aktivitas Gunung Merapi sudah mulai menunjukkan peningkatannya terhitung dari tahun lalu. Mulai dari munculnya letusan freatik hingga kini sudah mulai muncul awan panas guguran.
Dari beberapa kali kejadian guguran awan panas yang terjauh adalah dua kilometer. Jarak luncuran itu memang masih aman untuk warga lereng Merapi. Sebab, radius aman yang direkomendasikan oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) adalah lebih dari tiga kilometer dari puncak. Namun kendati demikian warga tetap diminta untuk waspada.

Kepala Desa Glagaharjo Suroto menjelaskan sebagai salah satu langkah antisipasi adalah dengan menghidupkan kembali Ronda Merapi. “Ronda ini seperti ronda-ronda biasa. Hanya saja ronda ini untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan aktivitas Gunung Merapi,” kata Suroto Kamis (7/3).

Memang, aktivitas Gunung Merapi tidak dapat diprediksi. Termasuk kejadian luncuran awan panas guguran. Sehingga, adanya ronda yang dilakukan oleh warga secara bergiliran ini untuk menjaga kondusifitas warga sekitar.
Suroto menjelaskan, untuk ronda Merapi ini dilakukan warga pada tiap gardu atau poskamling. Bukan hanya warga saja namun komunitas juga turut serta. “Kalau dari komunitas buat pos di Lapangan Stiper dan di Kalitengah Kidul,” bebernya.

Adanya ronda Merapi ini, kata dia, dimulai sejak tahun lalu. Biasanya dilakukan setiap hari mulai pukul 21.00 hingga 02.00.
Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Makwan mengatakan ronda Merapi ini dilakukan bukan hanya di Desa Glagaharjo. “Di Kinahrejo, Turgo dan daerah lain yang juga punya potensi bahaya besar juga dilakukan,” kata Makwan.
Selain itu, Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Sleman juga turut andil dalam menjaga kondusivitas. Menurutnya, setiap saat TRC menyambangi warga yang tengah melakukan ronda Merapi. “Ini juga sekaligus mengecek dan melihat situasi dan kondisi Gunung Merapi,” bebernya.

Lebih lanjut, komunikasi antarwarga yang tengah melakukan ronda Merapi juga penting. Ini agar bisa saling tukar informasi terkait kondisi terkini dan koordinasi bisa menjadi mudah. “Komunikasi via HT, dan selama ini lancar-lancar saja,” ungkapnya.

Sementara itu, hingga pukul 12.00 BPPTKG mencatat telah terjadi dua kali kejadian awan panas guguran. Keduanya teramati dari CCTV puncak dan arah luncuran menuju tenggara atau ke Kali Gendol.

Pada kejadian awan panas guguran pertama, terjadi pukul 07.44 dengan jarak luncur 1,2 kilometer dan berdurasi 121 detik. Yang kedua terjadi pukul 10.17 dengan jarak luncur sejauh 1 kilometer dan berdurasi 97 detik. Hingga saat ini, jarak luncuran awan panas guguran belum melebihi tiga kilometer sehingga warga diminta untuk beraktivitas seperti biasa. (har/din/mg4)