JOGJA – Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIJ menyebut banjir pekan lalu tidak sampai menimbulkan kerusakan parah pada lahan pertanian. Tapi  Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan (Diperpautkan) Kabupaten Bantul mengkalkulasi total kerugian pertanian dan peternakan mencapai ratusan juta.

Kepala Disperpautkan Bantul Pulung Hariyadi mengatakan, total kerugian pertanian bawang merah sebesar Rp 750 juta. Kerusakan terbesar ada di Kecamatan Kretek. ”Karena lahan pertanian berlokasi dekat dengan sungai besar. Sehingga terkena dampak luapan air,” ungkap Pulung, Rabu (27/3).

Jenis tanaman yang terdampak paling banyak bawang merah. Menurut dia, penanaman bawang di awal tahun memang memiliki risiko potensi hujan. Karena banjir tidak dapat diprediksi. “Tapi meski beresiko tinggi, saat musim panen bawang enam bulan pertama hasilnya cenderung menguntungkan. Harga bawang pada saat itu tinggi,” ungkapnya.

Winarko, 35, petani asal Muneng Tirtohargo Kretek mengatakan, jumlah pertanian yang terendam di sana sekitar 29 hektare. Dia mengaku, sebagian tanam bawang merah berusia kurang dari satu bulan. Akibat terendam banjir, sebagian busuk sebagian hanyut. ”Ya, dipastikan gagal panen. Solusi petani beralih tanam padi atau palawija,” ungkap Win, singkat

Tapi Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIJ Sasongko mengatakan, banjir yang terjadi pada Minggu (17/3) lalu dampaknya tidak sebesar banjir sebelumnya. “Untuk tanaman padi ada yang sudah panen. Tapi ada pula yang menjelang panen. Seperti tanaman bawang merah,” ujarnya saat ditemui di Kepatihan.

Sasongko mengklaim, tanaman bawang yang terkena dampak itu pun tak sampai gagal panen. Karena lahan pertanian hanya terendam sehari. Lalu setelahnya cuaca cerah kembali normal. Sehingga air cepat surut.

Sasongko juga bersyukur, dibadingkan bencana tahun-tahun sebelumnya, tidak banyak kerugian yang dialami dalam bidang pertanian. Sebab, hujan yang turun tidak terus menerus. Sasongko pun menekankan pentingnya menjaga kebersihan saluran air di persawahan. Beberapa kasus banjir yang menerjang lahan persawahan milik warga disebabkan karena di saluran terdapat sampah. “Sehingga air yang di saluran dan yang ada di sawah tingginya sama,” katanya.

Sedang untuk total kerugian akibat bencana yang disebabkan badai Savanah pada Minggu (17/3), Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIJ Biwara Yuswantara mengaku belum selesai menghitungnya. Itu juga karena Kabupaten Bantul dan Gunungkidul masih menetapkan status tanggap darurat. “Baru akan kami rapatkan minggu depan,” ujarnya. (cr6/cr9/pra/mg1)