KULONPROGO – Bandara Internasional Yogyakarta atau Yogyakarta International Airport (YIA) berpotensi bernasib laiknya Bandara Kertajati di Jawa Barat yang minim penerbangan sejak dioperasikan? Pengelola YIA menegaskan nasib YIA tidak akan seperti Bandara Kertajati.
Seperti diketahui, Bandara Kertajati belum mampu beroperasi maksimal sejah di-launching. Jumlah penerbangan dari bandara itu sangat terbatas.
Jubir Pembangunan YIA Agus Pandu Purnama optimistis nasib NYIA tidak akan sama dengan Bandara Kertajati di Majalengka. Hal itu didasarkan pada kecepatan dalam proses pengerjaan proyek YIA.
Jika terkait aksesibilitas moda pendukung, dia berdalih, justru itu yang menjadi alasan AP I menyiapkan penerbangan internasional dan bukan penerbangan domestik. Penerbangan internasional biasanya berombongan. Penumpang bisa diangkut dengan bus secara langsung menuju destinasi.
“Kalau yang domistik harus dari Jogja, itu yang masih kendala infrastruktur yang belum lengkap. Penerbangan internasional dulu, domestik menyusul. Pada 26 April, maskapai Garuda kemungkinan flight dari Jakarta. YIA siap menerima kedatangan dari manapun. Dalam simulasi operasional nanti Garuda menggunakan Boing 737/800 dengan penumpang kemungkinan (pejabat) dari pusat, sekaligus mencoba garbarata,” ujarnya.
Disinggung potensi ancaman bencana tsunami, Pandu mengungkapkan, posisi YIA berada di ketinggian 7,4 meter di atas permukaan laut (mdpl). Lantai bandara berada di ketinggian 15,25 meter. Artinya, jika terjadi apa-apa justru bandara ini bisa menjadi lokasi evakuasi bagi masyarakat sekitar.
“Gedung ini bisa menampung puluhan ribu orang dan didesain tahan gempa dengan kekuatan 8,8 Skala Richter. Gedung crisis centre juga sudah disiapkan, dengan struktur bangunan di bawahnya ada kolom yang dikorbankan jika terjadi empasan,” ungkapnya. (tom/amd/fj)