JOGJA – Hari pertama pelaksanaan ujian nasional berbasis komputer (UNBK) tingkat SMP sederajat di kabupaten/kota di DIJ, Senin (22/4) berjalan lancar. Kendati begitu, pelaksanaan UNBK di Kabupaten Gunungkidul dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia itu masih menyisakan pekerjaan rumah. Sebanyak 17 sekolah belum bisa menggelar UNBK secara mandiri. Lantaran belum memiliki fasilitas penyelenggaraan UNBK yang memadai. Seperti perangkat komputer dan server.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Gunungkidul Bahron Rasyid menyebut mayoritas lembaga pendidikan yang nebeng dengan sekolah lain berstatus swasta. Seluruh sekolah negeri di Bumi Handayani sanggup melaksanakan UNBK secara mandiri. Kendati begitu, Bahron mengklaim jumlah sekolah yang nebeng terus menurun setiap tahunnya.
”Ada 58 sekolah (yang nebeng) tahun lalu,” jelas Bahron di sela memantau pelaksanaan UNBK kemarin.
Jumlah ini, Bahron meyakini bakal terus berkurang. Sebab, pemkab berencana memberikan bantuan perangkat komputer dan server. Pada 2019, misalnya, pemkab membagikan 788 unit komputer ke 95 SMP sederajat. Juga 111 server.
”Total anggarannya Rp 7,3 miliar,” sebutnya.
Ada 9.782 siswa yang mengikuti UNBK kali ini. Mereka menggarap soal dengan sistem computer based test (CBT).
”Sebenarnya menumpang di sekolah lain tidak masalah karena para siswa tetap bisa ikut ujian,” ujarnya.
Terkait berbagai potensi kendala UNBK, Bahron menegaskan telah mempersiapkan langkah antisipasi. Di antaranya dengan membentuk tim help desk. Tim yang beranggotakan sepuluh teknisi ini intens memantau potensi masalah jaringan.
Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi memastikan pelaksanaan UNBK maupun ujian sekolah berstandar nasional berjalan baik. Berdasar pantauannya, tak ada lagi kasus gangguan server atau jaringan listrik mati.
Berbeda dengan Gunungkidul, seluruh SMP sederajat di Kabupaten Bantul telah melaksanakan UNBK secara mandiri. Kendati begitu, pemkab menargetkan penyelenggaraan UNBK tahun depan maksimal tiga gelombang.
Bupati Bantul Suharsono melihat masih ada beberapa SMP sederajat yang melaksanakan UNBK hingga tiga gelombang. Itu lantaran masih minimnya perangkat komputer yang tersedia.
”Mudah-mudahan fasilitas ujian dapat ter-cover anggaran tahun depan,” kata Suharsono di sela memantau pelaksanaan UNBK di SMPN 3 Jetis.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Bantul Isdarmoko membenarkan ada beberapa sekolah swasta yang melaksanakan UNBK hingga tiga gelombang.
”Untuk seluruh sekolah negeri dua gelombang semua,” ujarnya.
Menurutnya, ada 12.643 siswa yang mengikuti UNBK. Mereka dari 115 sekolah. Sedangkan UASBN diikuti 13.313 siswa. Mereka dari 391 SD dan 31 madrasah ibtidaiyah.
”Targetnya Kabupaten Bantul bisa berada di peringkat dua (tingkat DIJ),” kata Isdarmoko menyebut hasil UNBK Kabupaten Bantul pada tahun lalu berada di urutan ketiga di DIJ.
Meski Kabupaten Gunungkidul dan Bantul masih fokus dengan fasilitas komputer dan server, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menaruh perhatian ekstra terhadap pelaksanaan UNBK di DIJ. Kemarin Kemendikbud memantau langsung pelaksanaan UNBK di SMPN 8 Jogja. Kepala Bidang Pemantau dan Evaluasi Kinerja Kemendikbud Rusprita Putri Utami mengatakan, kedatangannya untuk memantau kesiapan sekolah dan siswa terhadap soal higher order thinking skills (HOTS). Mengingat, sulitnya soal-soal HOTS pernah dikeluhkan siswa. Bahkan, di antaranya menjadi viral di media sosial.
”Harapannya setelah pemantauan ini, kami bisa menganalisa dan memberikan rekomendasi untuk Pak Menteri, ujian nasional sebaiknya seperti apa,” jelasnya.
Dia tak menampik bahwa Kemendikbud memberikan perhatian khusus kepada DIJ. Lantaran hasil UNBK di DIJ langganan masuk sepuluh terbaik tingkat nasional. Dari itu, kunjungan Kemendikbud juga untuk mengetahui berbagai kiat yang dilakukan pemda untuk meningkatkan prestasi anak didiknya.
Di Kota Jogja, UNBK hari pertama kemarin diikuti 8.003 siswa. Mereka dari 58 sekolah. Sedangkan UASBN diikuti 7.346 siswa dari 166 sekolah.
Wali Kota Jogja Haryadi Suyuti memastikan pelaksanaan UNBK maupun UASBN berjalan lancar. Seluruh siswa bisa menggarap soal tepat waktu.
Guna mengantisipasi kejenuhan, kata Haryadi, pemkot menerapkan kebijakan baru. seluruh siswa yang mendapatkan jadwal pagi pada dua hari pertama UNBK, dijadwalkan masuk siang pada hari ketiga dan keempat. Begitu pula sebaliknya.
Pada bagian lain, Kepala Disdikpora DIJ Kadarmanta Baskara Aji mengingatkan, hasil UNBK maupun UASBN menjadi salah satu bahan pertimbangan evaluasi. Baik bagi sekolah maupun pemprov.
”Acuan kami untuk menyusun kebijakan,” katanya.
Dari itu, disdikpora bakal membagikan hasil UNBK dan UASBN kepada seluruh dinas pendidikan di kabupaten/kota di DIJ. Agar dinas pendidikan di kabupaten/kota juga ikut merumuskan kebijakan baru.
”Misal hasil ujian Bahasa Indonesia jelek, dicari akar permasalahannya. Mungkin siswa atau gurunya yang belum menguasai materi. Apakah tenaga pengajar perlu digeser untuk kualitas atau lainnya,” ujarnya.
Ketika disinggung pelaksanaan UNBK dan UASBN bebarengan, dia menyebut ada sejumlah pertimbangan. Salah satunya efektivitas. Lantaran bulan puasa tinggal hitungan hari. (gun/cr6/cr8/zam/rg)