persiapan uji coba penerapan semi pedestrian di Malioboro. Termasuk membuat rekayasa lalu lintas, sebagai akibat Jalan Malioboro yang hanya akan dilintasi kendaraan non bermotor dan bus Transjogja saja.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DIJ Sigit Sapto memastikan, uji coba tetap berlangsung 18 Juni nanti. Hanya saja penerapan dibarengi dengan evaluatif. Terutama manajemen pengalihan arus lalulintas.
“Sudah siap, tetap jadi 18 Juni sesuai rencana awal tidak mundur. Penutupan hanya jalan Malioboro saja,” katanya, Senin (11/6).
Tapi mantan Penjabat Bupati Bantul itu mengakui perencanaan belum final. Ini karena masih ada rembugan lintas instansi. Hanya saja dia menjanjikan finalisasi rencana rampung Kamis (13/6).
Dalam perencanaan awal, kawasan Malioboro tertutup untuk kendaraan dari 06.00 hingga 21.00. Uji coba tersebut berlangsung selama satu hari. Usai penerapan akan dipantau imbas arus kendaraan. Terutama laju kendaraan di Jalan Mataram dan jalan Bhayangkara.
Selain itu juga dilakukan perubahan di sirip jalan Malioboro. Terutama di Jalan Suryatmajan. Jika selama ini Jalan Suryatmajan hanya dua arah dari simpang Hotel Melia Purosani hingga depan pintu masuk komplek kantor Gubernur DIJ,Kepatihan, akan diperpanjang ke arah barat hingga Jalan Pajeksan.
“Kendaraan yang melaju dari jalan sirip tetap boleh masuk (Malioboro), Jalan Suryatmajan bisa melintas bablas ke barat. Tapi di Jalan Pajeksan hanya satu arah,” ujarnya.
Terkait rambu, jajarannya akan bekerjasama dengan Dinas Perhubungan Kota dan Kabupaten. Kaitannya pengadaan rambu pengalihan arus. Pemasangan akan dilakukan di sejumlah simpul jalan menuju Malioboro.
“Rambu dan marka sudah disiapkan tapi jika kurang bisa koordinasi dengan kabupaten kota. Bisa pinjam karena sifatnya kan satu kesatuan, tidak masalah,” katanya.
Dikonfirmasi terpisah Ketua Forum Lintas Komunitas Malioboro (FLKM) Edi Susanto justru menyambut positif konsep semi pedestrian. Bahkan dia menjamin konsep tersebut tidak berimbas banyak pada omzet pedagang. Ini karena yang dikedepankan adalah konsep pedestrian.
FLKM, lanjutnya, memprediksi konsep ini bisa menjadi kekuatan ekonomi. Terlebih setelah Malioboro menjadi sumbu utama pejalan kaki. Konsentrasi kunjungan meningkat tentu berimbas pada tingkat penjualan.
“Tapi kami juga berpesan agar pemerintah menyiapkan kantong parkir secara matang. Jangan sampai pengunjung justru bingung menaruh kendaraannya dimana. Alhasil malah urung untuk berkunjung ke Malioboro,” katanya.
Edi juga meminta setelah uji coba Pemprov DIJ mengajak para pelaku wisata di Malioboro dalam evaluasi. Mneurut dia evaluasi bersama itu penting supaya bisa mendapat masukan dari semua pihak. “Jangan nantinya buat keputusan sepihak dan hasilnya muspra,” pesannya. (dwi/pra/zl)