Jangan sepelekan uang receh karena nilai nominalnya kecil. Dalam bentuk e-money, koin logam itu pun naik kelas. Bisa untuk transaksi elektronik.
YUWANTORO WINDUAJIE, Sleman
MEMANG butuh kesabaran. Dan harus telaten. Untuk mengumpulkan koin demi koin. Hingga jika diakumulasikan bisa menjadi nominal yang besar. Hal itulah yang menggugah Arie Liyono mendirikan perusahaan berbasis teknologi finansial. Berupa aplikasi Celengan ID. Tujuannya cukup sederhana. Untuk mengubah pola pikir masyarakat akan arti penting uang koin.
Celengan ID dibuat tidak ujug-ujug. Arie lebih dulu melakukan riset. Dari situ dia mengetahui bahwa selama sepuluh tahun terakhir Bank Indonesia telah mengeluarkan uang koin senilai Rp 8,2 triliun. Kendati demikian, hanya Rp 900 miliar atau 16 persennya saja yang berputar. Sisanya tak terpakai. Bahkan diabaikan. Hingga pada akhirnya tak digunakan lagi untuk bertransaksi. Bagi Arie, kondisi tersebut menjadi sebuah peluang. Ada celah untuk menjalankan roda bisnis. Dengan membuka jasa pelayanan penukaran uang koin receh menjadi uang elektronik atau e-money. Tentu saja lewat Celengan ID. Secara tak langsung Arie ingin menggugah semangat masyarakat untuk menabung. Menggunakan setiap koin yang dimiliki.
Uang koin yang dikonversikan menjadi e-money tentu berpotensi untuk disirkulasikan kembali. Sedangkan masyarakat yang memanfaatkan aplikasi itu otomatis terlibat menyukseskan program pemerintah dalam gerakan nasional non tunai.
Menurut Arie, Celengan ID berfokus sebagai social enterprise. Yakni perusahaan yang menggunakan strategi komersial untuk meningkatkan kesejahteraan financial dan sosial bagi elemen yang terlibat di dalamnya. “Target kami memang untuk kelas menengah ke bawah. Uang koin kan memang lebih dekat dalam kehidupan mereka,” ujarnya di sela acara G45 Co Working Space di Ngaglik, Sleman, Rabu (10/7).
Celengan ID sekaligus untuk menjembatani orang-orang yang tak mempunyai rekening bank. Sehingga, meski tak punya rekening, pengguna aplikasi Celengan ID bisa merasakan e-money. Bahkan bisa bertransaksi secara elektronik di mitra-mitra Celengan ID. “Walaupun secara nominal tidak terlalu besar. Karena kami bukan start up yang memiliki suntikan dana besar. Tapi, minimal kami bisa lakukan edukasi,” katanya merendah.
Edukasi itu juga ditujukan bagi anak-anak. Agar gemar menabung uang jajan. Aplikasi Celengan ID pun dibuat versi lain yang lebih sederhana. Agar bisa dioperasikan oleh anak-anak. Supaya mereka tak hanya gemar menabung. Tapi juga paham literasi keuangan digital.
Aplikasi itu cukup mudah dioperasikan. Bahkan oleh orang yang gagap teknologi sekali pun. Pemilik uang koin cukup mengunduh aplikasinya di Google Play Store menggunakan gawai berbasis Android. Untuk menukarkan uang receh, pengguna aplikasi harus mendatangi mitra Celengan ID. Mitra-mitra itu yang akan mengambil uang koin,menghitung, dan menukarnya dengan saldo e-money yang langsung dimasukkan ke dalam aplikasi. Layanan penukaran tak dikenai potongan. Jumlah nominal penukaran pun tak ada batasan minimal. Setelah dikonversi menjadi e-money, maka saldo Celengan ID pun siap digunakan untuk bertransaksi di toko-toko, kios, restoran, warung, bahkan tukang sayur yang menjadi mitra. Untuk bertransaksi pun pengguna aplikasi cukup melakukan scan pada stiker QR code di tempat usaha mitra.
Sejak didirikan pada 2017, Celengan ID memiliki hampir 500 mitra dan 10 ribu pengguna aplikasi yang tersebar di seluruh Indonesia. “Ada juga mitra seorang tukang sayur. Di gerobaknya ada stiker QR code yang bisa di scan oleh ibu-ibu pembeli. Jadi dia tidak bingung cari recehan untuk uang kembalian,” ujar Arie.(*/yog/rg)