Jalmo Tan Keno Kiniro. Falsafah Jawa ini mengandung nilai-nilai hidup yang memberi makna. Tak bisa menebak masa depan kehidupan manusia. Kita hanya bisa merencanakan. Tetapi yang serba tahu mengenai kehidupan mendatang. Tuhan pencipta alam. Manusia hanya punya kewajiban untuk berusaha mewujudkan mimpi. Yang menentukan keberhasilan seseorang adalah Allah SWT.

Falsafah hidup jalmo tan keno kiniro bisa menjadi cermin. Tak boleh menghakimi kehidupan seseorang. Orang yang memiliki latar belakang tak mampu. Tak akan bisa hidup sukses. Saat masih bocah memiliki kemampuan rata-rata.Tak memiliki prestasi gemilang di sekolah. Masa depannya sudah tertutup. Tak akan mampu meraih prestasi. Siapa tahu ? Pada masa yang akan datang hidupnya berada di puncak kejayaan.

Sebaliknya. Orang yang bergelimang dengan kemewahan dan popularitas.  Pasti hidupnya di atas terus. Belum tentu. Kalau tidak hati-hati dalam menjalani kehidupan. Bisa terjungkal. Dan  berada pada titik nadhir. Demikian juga orang yang memegang kuasa. Tak selamanya kekuasaan berada digenggaman. Suatu saat kekuasaan bisa lepas. Yang tadinya orang tersebut power full. Tiba-tiba. Tak memiliki kekuatan. Bahkan kehidupannya dinistakan.

Maka pesan moral yang bisa dipetik dari falsafah hidup jalmo tan keno kiniro adalah tak boleh menghina orang karena keterbatasan hidupnya. Karena bisa jadi. Dia mampu melepaskan jerat keterbatasan dan membentangkan kesuksesan.

Seperti kehidupan yang dilakoni oleh Briptu Hikma Nur Syafa. Polisi wanita berparas cantik. Mendadak viral. Tak menyangka menjadi selebgram. Yang ngelike sudah lebih dari 20 ribuan. Dia media sosial. Juga menjadi trending topik.

Karena viral di dunia maya. Tiba-tiba di wawancara televisi. Live. Di wawancara wartawan cetak maupun on line. Ima, panggilan akrabnya, menjadi media darling. Bukan hanya Ima. Orang tuanya menjadi buruan wartawan. Karena Ima. Orang tuanya untuk pertama diwawancara oleh wartawan. Wartawan ingin mengetahui kehidupan pribadinya. Maka sumber utamanya adalah orang tua.

Di jaman yang serba on line. Untuk menjadi popular. Tidak harus berasal dari kalangan selebritis. Politisi. Atau pejabat. Siapapun bisa dikenal banyak orang melalui media sosial.Asal orang bisa menemukan personal branding yang unik, khas, dan beda yang ditawarkan pada publik. Popularitasnya bisa mengalahkan para elit.

Seperti Ima. Menjadi viral karena parasnya menawan. Polisi Wanita. Berjilbab. Dan kelebihan yang menjadi nilai plus adalah bergabung dengan tim misi kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Bangui, Afrika Tengah. Berseragam keren pasukan PBB. Personal branding ini yang menjadi daya tarik sehingga disukai oleh nitizen.

Tapi jangan lihat kehidupan Ima sekarang. Telusuri kehidupan masa lalu. Saya adalah saksi perjalanan hidup Ima. Ima saudara sepupu. Puteranya Pak Lek. Adik kandung ibu. Sehingga saya menjadi tahu. Kehidupan Ima semasa masih bocah. Tidak menyangka. Sekarang menjadi selebgram.

Benar. Seperti yang diceritakan oleh Lek Hanung dan Bu lek Dwi. Orang tua Ima. Pada awak media. Ima kecil cengeng. Suka menangis. Orang tuanya juga sering ditelpon guru. Gara-gara menangis di sekolah.

Namun seiring dengan perjalanan waktu. Sebenarnya potensi Ima sudah mulai terlihat sejak belajar di sekolah menengah pertama. Dirinya menjadi ketua OSIS di sekolahnya. Dirinya juga pernah meraih juara tiga pada ajang kontes putri Bantul saat sekolah menengah atas.

Dalam benaknya waktu itu tidak bercita-cita menjadi polisi. Setelah lulus sekolah menengah atas. Ima melanjutkan kuliah di universitas negeri ternama di Yogya. Ima mengambil jurusan pariwisata.

Belum segenap setahun kuliah. Arah kehidupannya berbelok. Atas dorongan orang tua. Ima diminta untuk mengikuti seleksi menjadi polisi. Barangkali memperoleh inspirasi dari saudara perempuan satu-satunya yang telah sukses menjadi polisi wanita. Ima mendaftar polisi. Diterima. Dari menjadi polisi mengantarkan dirinya amat terkenal di media sosial.

Belajar dari kehidupan Ima. Jangan pernah merasa rendah diri. Merasa tidak memiliki kemampuan untuk meraih hidup sukses. Hidup belum selesai. Jangan menyerah pada keadaan. Upayakan terus yang terbaik. Telusuri personal branding. Sampai pada tahapan tertentu akan ditemukan keberhasilan itu. Jalmo tan keno kiniro.

Penulis adalah dosen Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan