RADAR JOGJA – Fakultas Peternakan UGM gelar berbagai kegiatan dalam rangka lustrum X atau dies natalis ke-50. 9 November mendatang, akan diselenggarakan berupa temu alumni dan pemecahan rekor MURI makan sate klatak pada 10 November, dengan target peserta 1969, sesuai tahun lahir fakultas. Bersamaan dengan event International Seminar on Tropical Animal Production (ISTAP), Fakultas Peternakan UGM juga menjadi tuan rumah pertemuan antar pimpinan Perguruan Tinggi program studi peternakan di wilayah ASEAN yang dikenal dengan nama forum SEANAS (South East Asia Network for Animal Science).
Dekan Fakultas Peternakan UGM Ali Agus menjelaskan, pertemuan ini bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi antara universitas dalam pendidikan tinggi bidang peternakan. Diikuti oleh 70 orang dan 35 perguruan tinggi yang memiliki prodi peternakan dari 12 negara. Yakni Indonesia, Jepang, Thailand, Vietnam, Malaysia, Filipina, Timor leste, Kuwait, India, Taiwan, South Korea, China. Materi yang dibahas seputar kurikulum prodi peternakan di negara Asia dan Asean, serta sharing tentang learning outcome program peternakan.
“Tujuan keberadaan SEANAS adalah untuk membantu pengembangan pendidikan ilmu-ilmu peternakan di kawasan ASEAN baik dalam hal kurikulum, studi pascasarjana, pertukaran siswa dan staf, penelitian, publikasi, pelatihan, pendidikan berkelanjutan dan pendidikan masyarakat,” jelasnya.
Ali menuturkan, ISTAP dan SEANAS ini merupakan bentuk konstribusi Fakultas Peternaan UGM untuk kolaborasi atau networking dan penguatan World Class University bagi UGM di kancah global. Format networking ini dapat dimanfaatakan untuk saling kolaborasi dan kerjasama antara berbagai pihak untuk menghadapi tantangan global yang semakin kompleks, terutama dalam bidang pangan.
Dalam perspektif kebangsaan dan kenegaraan, pihaknya menilai penyelenggaraan even internasional ini turut menguatkan diplomasi budaya. Karena para peserta juga akan disuguhi dengan berbagai budaya Indonesia dan Jogjakarta, termasuk mengunjungi berbagai tempat-tempat heritage.
“Kami yakin bahwa masyarakat Jogja sudah sangat terbiasa menghadapi turis asing, tidak terkecuali peserta seminar ISTAP dan SEANAS. Kesan yang baik yang mereka dapatkan di kota pelajar ini akan mereka bawa pulang dan sampaikan kepada teman dan keluarga mereka di negara masing-masing. Secara tidak langsung mereka akan menjadi penyambung informasi antar bangsa,” beber Ali. (sce/a4/tif)