RADAR JOGJA – Yogyakarta International Airport (YIA) di Temon, Kulonprogo, belum ramah bagi difabel. Fasilitas-fasilitas yang ada di bandara bertaraf internasional itu masih perlu ditingkatkan untuk mengakomodasi para penyandang disabilitas yang hendak memanfaatkan layanan penerbangan.

Salah seorang difabel yakni Anggiasari Puji Aryatie, 39, mengakatan, fasilitas bagi kaum difable di YIA memang sudah ada. Warga Jogja penyandang dwarfisme (postur tubuh pendek) yang juga dikenal sebagai pegiat inklusi dan pejuang hak-hak difabel tersebut menambahkan, fasilitas yang ada tersebut masih butuh penyempurnaan.

“Masih ada beberapa bagian dan fasilitas yang kurang ramah difabel. Persepektif saya, banyak yang perlu diperbaiki. Masukan dari kami bisa menjadi catatan bagi PT AP I selaku pengelola bandara agar kami difabel bisa lebih mandiri dan bermartabat,” ucap Anggi.

Figur yang pernah maju sebagai caleg dalam Pemilu 2019 ini ini menjelaskan, ada  sejumlah fasilitas yang perlu ditingkatkan. Di antaranya, area parkir, akses jalan, pintu masuk terminal, konter check-in penumpang, dan toilet.

Menruutnya, area parkir khusus untuk kendaraan roda tiga belum tersedia. Selain itu, akses jalan menuju terminal dan tingkat kemiringan ramp (bidang miring pengganti tangga) belum sesuai bagi pengguna kursi roda.

Guiding block (balok petunjuk jalan) bagi penyandang tuna netra dan area tempat duduk khusus bagi pengguna portese (kaki palsu) juga perlu diperhatikan. Pintu geser otomatis yang memudahkan akses penyandang disabilitas fisik sudah baik. Meja konter kurang rendah sehinngga susah dijangkau penyandang tubuh pendek seperti dirinya.

“Toilet khusus difabel, belum cukup tersedia pegangan besi di bagian ramp hingga di dinding toilet. Hand rail sangat dibutuhkan para penyandang disabilitas untuk menggunakan toilet tersebut. Area konter ATM butuh semacam bangku agar bisa menjangkau tombol ATM,” jelasnya.

Menurutnya, standar fasilitas bagi difabel sudah diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Nomor 14 Tahun 2017 tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung. Langkah AP I meminta pendapat kaum difabel dilakukan untuk memberikan fasilitas yang baik. Terlebih, pembangunan YIA belum sepenuhnya selesai.

“Langkah yang baik dilakukan. Jangan sampai bandara sebagai fasilitas umum yang berstandar internasional tidak ramah difabel,” unjarnya.

Kaum difabal lainnya, Bahrul Fuad, menambahkan, hal yang lebih penting diperhatikan yakni edukasi publik terkait pengguna fasilitas khusus difabel di bandara. Kasus menyerobot hak difabel atau fasilitas khusus difabel oleh pengguna umum jangan sampai terjadi.

Prioroty seat (tempat duduk khusus) misalnya, fasilitas khusus difabel atau anak-anak, orang lanjut usia, ibu hamil, maupun toilet khusus difabel, jangan digunakan orang umum bukan disabilitas. Sebab, kalat begitu hak kami terampas dan tidak bisa menggunakannya,” ucapnya.

Pelaksana Tugas GM YIA PT AP I Agus Pandu Purnama menyatakan, pihaknya sedang memperdalam langkah guna menghadirkan YIA sebagai bandara salah satu bandara yang betul-betul ramah difabel. Banyak ragam kondisi disabilitas dan kebutuhan masing-masing terkait fasilitas umum berbeda satu sama lainnya.

“Kami ingin tahu kekurangan bandara ini apa saja. Rekomendasi (dari penyandang disabilitas) akan kami gunakan. YIA akan menjadi bandara pertama di Indonesia yang ramah terhadap segala ragam disabilitas,” katanya.

Pandu mengakui, saat ini fasilitas bagi difabel di YIA masih sangat terbatas. Sebab, YIA masih dalam tahap awal pengoperasian.

Pihaknya telah mengundang perwakilan maskapai dan ground support untuk mendiskusikan fasilitas ramah difabel ini. “Bandara ini akan menjadi akses keluar masuk tourism ke Jogjakarta dan sekitarnya. Jogja akan menjadi destinasi utama, bukan yang kedua setelah Bali saja. Kami ingin semua bisa terlayani dengan baik, termasuk kaum difable,” ucapnya.

Koordinator Indonesia Caring Meira Maryanti mengapresiasi langkah AP I mengundang kaum difable untuk memberi masukan untuk kesempurnaan bandara. Apalagi, momentumnya dinilai tepat mengingat pembangunan bandara belum sepenuhnya selesai.

“Ada sekitar 25 orang dari berbagai ragam disabilitas diajak menjajal pelayanan di YIA,” ucap perempuan yang aktif menaungi para penyandang disabilitas di Indonesia ini. (tom/amd)