RADAR JOGJA – Sedikitnya 350 siswa dari tingkat SD, SMP/MTs, dan SMA sederajat se-DIJ dan Jawa Tengah mengikuti kompetisi Robot Sirobo di Hall Taman Pintar (Tampin) Jogja, Rabu(16/10). Kompetisi robotic ini merupakan acara tahunan yang diselenggarakam Tampin untuk menumbuhkembangkan minat anak dan generasi muda terhadap sains melalui imajinasi, percobaan, dan permainan guna menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Analis Perencanaan Program Tampin Lukman Yoga mengatakan, kali ini pihaknya mengadakan kontes yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Biasanya kontes diadakan dengan model robot line follower atau penjejak cahaya maupun edisi yang menggunakan Macquarie University Australia.
Tahun ini menjalin kerja sama dengan SiRobo (Smart Indonesia Robot) Universitas Diponegoro Semarang, yaitu kompetisi dengan model pemrograman robot. “Kami di sini menitikberatkan kepada pemrograman robotic dengan HP android,” jelas Lukman di sela memantau kompetisi ini.
Meskipun tak sedikit anak-anak yang mengenal perakitan robot, belum banyak dari mereka yang mengembangkan pemrograman robot. Padahal, perkembangan zaman teknologi ini dituntut agar generasi muda bisa menghadapi revolusi industri 4.0. “Seperti bahasa-bahasa pemorgramaan robotik ini, anak-anak harus sudah tahu. Jadi kami mulai mengenalkan ke mereka lewat kompetisi ini,” ujar Lukman.
Kompetisi dilakukan secara bertahap, dari workshop, pemberian materi teori, menginstal aplikasi di HP andorid masing-masing, praktik pembuatan robot, uji coba, dan lomba atau kompetisi. Workshop dan kompetisi SiRobo dilaksanakan 15-17 Oktober untuk siswa SMP, 22-13 Oktober untuk siswa SD, dan 24 Oktober untuk SMA. “Setiap sekolah mewakilkan dua siswa dengan pendamping satu orang guru untuk setiap sesi,” jelasnya.
Founder SiRobo Rofik Cahyo Parayogo menjelaskan, robot ini merupakan robot pintar yang dapat diprogram dengan Bahasa Indonesia melalui aplikasi SiRobo dalam Android. Keunggulannya robot menggunakan aplikasi berbasis android dengan tampilan visual program berbahasa Indonesia, sehingga lebih mempermudah anak-anak ketika mempelajari sebuah logika.
Masing-masing peserta tiap tingkatan SD, SMP, dan SMA memiliki perbedaan di tingkat kesulitan dalam rute dan misinya. Misi yang harus dilaksanakan yakni rute atau perintah. Mereka harus melalui rute yang berkelok-kelok, di mana pada titik tertentu harus berhenti beberapa detik maupun harus mengatur kecepatan.
Belum tentu lebih cepat akan bisa cepat selesai. Ini karena jika ketika melewati rute yang menikung, harus bisa menurunkan kecepatan. Sehingga pada saat robot melewati rute lurus, mereka bisa menambah kecepatan agar waktu tempuh mencapai titik finish bisa lebih cepat,” katanya.
Salah seorang pserta, Zuswan Putra Budianta dan Fathuridza Akmal Hafidz mengaku kesulitan ketika harus mengatur kecepatan pada saat melewati rute berbelok. “Iya memang sulit dijangkau speed-nya,” ungkap Zuswan usai kompetisi.
Siswa kelas 7 ini sempat tidak bisa mengendalikan kecepatan robotnya yang diprogram dengan temannya. Dia memprogram awal robotnga dengan kecepatan antara 500-1.000. “Ini harus dikurangi lagi. Kalau tidak, nanti robotnga bisa mutar-mutar kalau kelebihan speed,” katanya.
Akmal menambahkan kompetisi pemrograman robot ini baru perdana dilakukan. Sebelumnya pernah berkompetisi di Lampung, Bandung, Semarang, dan Bantul dengan model line follower dan light follower. Sehingga masih merasa kesulitan saat mengatur program kecepatan pada robotnya itu. (cr15/laz)