RADAR JOGJA – LAGA semifinal sektor putri dan putra Honda DBL D.I.Jogjakarta Series berlangsung seru Rabu (30/10). GOR UNY menjadi saksi kehebatan dominasi SMA Stella Duce 1 Jogja (Stece) dan SMA Bopkri 1 Jogja (Bosa) atas lawan-lawannya. Stece dan Bosa bakal bertemu dengan dua tim putra dan putri SMAN 2 Jogja (Smada) di final party.

Tim putra Bosa mengalahkan SMA Kolese John de Britto (JB). Dukungan suporter JB yang tak henti meneriakkan yel-yel penyemangat tak mampu membuat Edward Wirayudha dkk memenangi laga. JB kalah dari Bosa dengan skor meyakinkan 66-47.

Sedangkan tim putri Stece mengubur asa SMAN 4 Jogja (Patbhe) ke final party. Stece menutup laga melawan Patbhe dengan skor meyakinkan 35-26.

Stece sejak awal kompetisi masuk sebagai salah satu tim unggulan. Mendapatkan perlawanan sengit dari Patbhe. Mengandalkan Aimee Tampu Francienne sebagai center dan Aidah Ayu Kunanthi di posisi guard, Patbhe cukup membuat Stece kerepotan di laga tersebut.

Pelatih Stece Andreas Agus Arjatmoko terharu dengan keberhasilan tim asuhannya kembali masuk ke babak final party. Agus membeberkan apa yang menjadi kunci kemenangan Stece atas Patbhe. “Kuncinya kami bisa mengalahkan diri sendiri,” ujarnya kepada Jawa Pos Radar Jogja selepas laga tadi malam.

Agus juga menyatakan Miracle Astrid Widjanarko dkk bermain sangat bagus. Baik saat menyerang maupun bertahan. Stece juga bisa meredam permainan penggawa andalan Patbhe, Aimee Tampu Francienne.

Di final party, Stece akan berhadapan dengan tim basket putri Smada. Banyak pihak menyebut laga final ini sudah menjadi milik Stece. Lantaran komposisi pemain dan pengalaman yang dimiliki Stece. Namun, Agus enggan meremehkan kekuatan Smada. “Mereka itu tim kuat. Mereka memiliki motivasi luar biasa,” tandasnya.

Stece memegang rekor sebagai tim putri dengan raihan gelar juara terbanyak di Honda DBL D.I. Jogjakarta Series. Stece mengumpulkan enam gelar champions.

Di sisi lain, pelatih Patbhe Aryo Rumbono menyayangkan kekalahan tim asuhannya. Apalagi di pertandingan itu Aryo menyebut timnya terlalu banyak melakukan kesalahan sendiri, terutama turn over.

Namun, Aryo tetap melontarkan pujian terhadap tim asuhannya. Keberhasilan melaju hingga fantastic four menjadi pencapaian luar biasa Patbhe. “Apalagi kebanyakan pemain kami baru belajar basket sewaktu masuk SMA,” jelasnya. (cr12/iwa/rg)