RADAR JOGJA – Wali Kota Jogja Haryadi Suyuti (HS) memastikan Selasa Pon bukan even reguler. Uji coba hanya berlaku sementara untuk mencari formula yang tepat. Tak menutup kemungkinan uji coba semi pedestrian berlangsung di hari yang berbeda.

HS berharap uji coba dapat menjaring formula yang tepat. Itulah mengapa pelaksanaan tidak hanya terpatok Selasa Wage. Penerapan di hari berbeda akan terus berlangsung ke depannya.

“Bukan karena Selasa Pon, tapi kebetulan saja harinya ini dan wetonnya Pon. Tidak ada maksud apa-apa pemilihan harinya. Karena fokus utamanya untuk menemukan formula yang pas untuk penerapan pedestrian Malioboro,” jelasnya saat  meninjau Malioboro, Selasa (19/11).

Selama pelaksanaan uji coba pihaknya terbuka terhadap masukan. Tak hanya dari lintas instansi, tapi juga pengunjung Malioboro. Termasuk masukan dari pedagang kaki lima dan pengusaha di kawasan jalan yang menjadi salah satu ikon Jogja ini. Harapannya bisa menampung seluruh aspirasi warga.

Untuk internal, pihaknya melibatkan instansi penanggung jawab. Di antaranya UPT Malioboro, Diskominfo, Dinas Pariwisata, Dinas PUPKP, Dinas Perhubungan, dan Setda Kota Jogja. Masing-masing instansi ini memiliki peran sesuai tupoksinya.

“Kami memonitor uji coba Malioboro di luar jadwal Selasa Wage. Hari ini aktivitas seperti biasa, PKL juga seperti biasa. Kami memantau apakah uji coba semi pedestarian ini berjalan sebagaimana yang kita harapkan,” katanya.

Uji coba kali ini untuk melihat penerapan pedestrian tanpa even kesenian. Selain itu juga melihat efektivitas jalan sirip di sepanjang ruas Jalan Malioboro. Tujuan akhir adalah menjaga kenyamanan pengunjung selama menikmati Malioboro.

Perbedaan dari Selasa Wage, seluruh jalan sirip berlaku dua arah. Kendaraan bermotor bebas melintas dari timur ke barat dan sebaliknya. Walau begitu, kendaraan tetap dilarang masuk ruas Jalan Malioboro.

“Sirip Malioboro dibuat dua arah. Jalan Perwakilan misalnya, untuk melihat akses teman-teman dari DPRD. Biasanya masuk lewat pintu utara, tetapi kemudian pintu selatan diaktifkan,” ujarnya.

Kepala Dispar Kota Jogja Maryustion Tonang mengamini pernyataan Haryadi. Fokus pada wisata, jajarannya terus melakukan pemetaan. Menurutnya, penerapan semipedestrian tak cukup beracuan dari Selasa Wage semata.

Penerapan beda hari,  bisa menjaring karakter pengunjung. Terlebih pada penerapan kali ini seluruh PKL dan pengusaha beroperasi secara penuh. Hingga akhirnya bisa melihat efektivitas wisata belanja dalam semipedestrian Malioboro.

“Sebenarnya tidak ingin membedakan antara wisata kesenian maupun wisata belanja, karena fokus utamanya sama yaitu kunjungan wisata. Apa pun itu, langkah penyusunan formula masih berlangsung terus,” katanya.

Acuan semipedestrian tak cukup saat weekday. Menurutnya, konsep semipedestrian juga wajib melihat saat weekend. Pada rentang waktu ini tentu ada lonjakan pengunjung. Terbukti adanya lonjakan pengunjung Malioboro dalam hari reguler tanpa semipedestrian.

“Akan terus disusun konsep yang tepat untuk mendapatkan formula yang pas. Harapannya segera terwujud pedestrian Malioboro yang ideal dari berbagai sisi,” ujarnya. (dwi/laz)