RADAR JOGJA – Pembangunan Embung Giwangan Aquatik sebagai bagian dari pembangunan Taman Pintar II, di sisi utara Pasar Ikan Higienis (PIH) Tegalturi telah rampung.
Wali Kota Jogja Haryadi Suyuti (HS) mengatakan tahap selanjutnya yaitu akan mengupayakan percepatan pembangunan Taman Pintar (Tampin) II yang ditargetkan selesai 2022.
“Proposal akan kami ajukan ke pusat untuk mendapatkan percepatan,” kata HS saat meninjau lokasi Embung Giwangan pembangunan Taman Pintar II.
HS menjelaskan, pembangunan Taman Pintar II diupayakan tidak hanya mengandalkan APBD. Anggaran yang digelontorkan untuk tahapan pembangunan Taman Pintar II ini sekitar Rp 500 miliar sharing anggaran dengan pusat. “Karena kalau menggunakan APBD tentu nanti waktunya panjang,” ujarnya.
Saat ini embung seluas 1,1 hektare telah rampung dikerjakan dan terisi air. Kendati demikian, embung tersebut sementara masih ditutup atau belum dibuka untuk umum guna menghindari digunakan yang tidak pada peruntukannya. Pun masih ada beberapa penyempurnaan agar masyarakat merasa nyaman ketika berkunjung. “Engko malah dinggo mancing. Tunggu dulu. Daripada setengah-setengah,” jelasnya.
Menurut HS, Embung Giwangan ini nantinya akan menjadi salah satu referensi tempat edukasi mengenai konservasi air dan lingkungan hidup di Indonesia yang pertama yaitu di wilayah Jogja. Tidak hanya bagi warga kota Jogja saja melainkan referensi secara nasional. Bahkan internasional.
Direncanakan desain bangunannya bernuansa modern dengan mengikuti perkembangan zaman memaksimalkan teknologi atau IT. Di samping itu didesain untuk ramah difabel, ramah anak, ramah lansia, dan bersih serta aman. Nantinya bangunan ini akan menjadi lokasi ruang terbuka hijau (RTH) terbesar di Jogja. “Jadi kami akan persiapkan segala sesuatunya dengan lebih baik,” ucapnya.
PLT Kepala Bappeda Kota Jogja Agus Tri Haryono mengatakan tahapan pembangunan Taman Pintar II akan dilanjutkan pada 2020. “Jadi pentahapan selanjutnya di 2020,” kata Agus.
Kegiatan pembangunan di lokasi tersebut seluas 3,4 hektare. Luas bangunan 1,3 hektare, luas embung 1,1 hektare. Panjang embung 320 meter dengan lebar embung 15-40 meter, volume tampung embung 22 ribu meter kubik. “Untuk konservasi air sumbernya dari hujan, sungai, dan mata air,” jelasnya.
Proyek akan dilanjutkan 2020 dengan pembangununan fasilitas pendukung seperti jalan setapak atau jogging track dengan lebar 2,5 meter dan beberapa fasilitas pendukung seperti masjid, toilet, dan pagar yang mengelilingi embung. “Memang perlu bertahap kami lakukan dari belakang dulu. Tahun berikutnya baru dibangun yang gedung-gedung utama,” jelasnya.
Agus menyebut total anggaran untuk tahap pembangunan fasilitas pendukung di 2020 senilai Rp 5,9 miliar berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Pariwisata.
Pembangunan tahap selanjutnya pada 2021 terdapat tiga gedung yaitu gedung budaya, gedung nusa berkelanjutan, dan gedung 3R dengan kebutuhan anggaran sekitar Rp 10 miliar. Terakhir pembangunan 2022 merupakan anggaran terbesar senilai Rp 525 miliar. “Ini total sudah pembangunan dan dengan konten (konservasi air dan lingkungan),” tambahnya.
Agus menyebut masih ada kendala pembebasan lahan sekitar 400 meter persegi masih berstatus milik warga. Lahan ini berada di bagian paling depan embung. “Kami akan melakukan pendekatan di 2020, karena ini untuk kepentingan umum,” tambahnya.
Adapun kaitannya dengan akses sebagai zona pengembangan wilayah selatan. Dia juga akan melakukan pelebaran simpang Jalan Pramuka atau Jalan Tegalturi untuk mempermudah akses jalan bus pariwisata yang akan droping penumpang. “Ini juga perlu ada akses yang cukup nantinya,” imbuhnya (cr15/din)