RADAR JOGJA – Aparat pemerintah kembali saling lempar tanggung jawab. Kali ini terkait siapa yang harus memperbaiki talut longsor yang terjadi di Kali Winanga di RW 01 Serangan, Notoprajan, Ngampilan. Pemkot menyebut itu merupakan kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO).

Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA), DPUPKP Kota Jogja, Aki Lukman Noor Hakim menyebut, talut tersebut merupakan tanggung jawab BBWSO. “Segera kami kirim ke sana (BBWSO), kalau tidak ada balasan kami akan surati lagi. Kalau tetap sama (tidak ada balasan), kami akan mengerjakan sesuai kewenangan kalau diperintah,” jelasnya, kemarin (6/1).

Aki membantah normalisasi kali yang terlalu mepet, menjadi penyebab longsornya talut. Aki mengaku, telah memberikan rambu-rambu ke penyedia jasa agar memberikan jarak. Setidaknya dari dinding ke kali sekitar 1-1,5 meter. “Karena kalau di-pepetke kami tidak izinkan juga, tapi kami tidak tahu kalau itu (backhoe-nya) ngawur juga tidak tahu,” dalihnya,

Dia menyebut, ada berbagai faktor. Bisa karena kondisi hujan yang lebat, usia talut yang sudah tua sehingga kontur tanahnya sudah lemah, drainase, dan sebagainya. Pun dia mengimbau warga jika memang mendapati hal yang tidak sesuai agar melaporkan kepada instansi yang berwenang untuk ditindaklanjuti kepada penyedia jasa. “Jadi jangan saling menyalahkan, karena bisa jadi banyak faktor,” katanya.

Untuk mengatasi talut sementara, dia akan membantu mengirimkan karung untuk memperkuat talut. Masih ada persediaan sebanyak 3.000 karung di DPUPKP, dan akan menyalurkan untuk mengatasi sementara dengan mengisi  tanah yang ada untuk memperkuat talud.

Sedang Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Jogja menutup dengan terpal untuk mengurangi dampak yang lebih luas. Tetapi juga telah mengirimkan karung untuk memperkuat talud. “Ada 300 karung yang sudah kami kirim tadi malam (kemarin malam), sembari kita koordinasikan dengan OPD teknis terkait,” kata Kepala BPBD Kota Jogja, Hari Wahyudi.

Hasil assessment BPBD, panjang talut yang longsor dan retak di tiga titik kurang lebih sepanjang 11 meter, tinggi empat meter, dan lebar lima meter. Dia mengatakan, penyebab dari longsornya talud diduga karena dampak perbaikan sungai dari pengerjaan alat berat (backhoe) terlalu mepet talud. “Dan karena hujan deras durasi lama,” katanya.

Sedang Bendahara RW 01, Serangan, Notoprajan, Ngampilan, Sofik mengatakan, rencananya, dia akan mengisi dengan pasir melalui swadaya RW. Satu rit pasir bisa mencapai 30-31 karung. “Ya kami sedang cari pasir untuk ngisi ini. Kami membutuhkan 10 rit pasir untuk ngisi karung-karung yang sudah ada ini,” ucapnya. (wia/pra)