RADAR JOGJA – Kasus bunuh diri di Gunungkidul masih kerap terjadi setiap tahun.  Penanggulangannya, Pemkab Gunungkidul menggelontorkan anggaran menangkal bunuh diri.

Wakil Bupati Immawan Wahyudi mengatakan, seseorang melakukan bunuh diri dengan gantung diri tidak bisa diprediksi dengan mudah. Berdasarkan data, setiap tahun angka gantung diri berkisar di antara 27-30 kasus. Fakta lapangan, korban sekaligus pelaku diantaranya berasal dari orang kategori religius.

”ukungan pendanaan lebih dari Rp 1 miliar hedaknya dipergunakan sebaik mungkin,” kata Immawan, Minggu(19/1).

Dia pun memberikan masukan, jika anggaran yang digunakan untuk merekrut psikolog atau psikiater di setiap layanan kesehatan lebih tepat sesuai dengan kebutuhan. “Karena psikolog bisa menyasar siapa saja,” jelasnya.

Dia mengapresiasi langkah yang diambil oleh DPRD Kabupaten Gunungkidul, yang telah memberikan perhatian lebih untuk permasalahan gantung diri. Dengan adanya psikolog, menurutnya, dapat mendiagnosa masyarakat yang mengalami depresi atau gangguan jiwa. ”Dengan begitu angka bunuh diri atau gantung diri dapat ditekan per tahunnya,” jelasnya.

Sementara, Ketua DPRD Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih mengatakan, tingginya kasus bunuh diri menjadi catatan tersendiri. Oleh sebab itu, diperlukan sosialisasi secara masif kepada masyarakat tentang penyelesaian masalah yang memicu bunuh diri.

“Tahun depan melalui APBD Kabupaten, kami menganggarkan sekitar Rp 1,8 miliar untuk penanggulangan bunuh diri.” kata Endah.

Dijelaskan nantinya, sosialisasi melibatkan tokoh masyarakat, mulai dari tingkat RT hingga desa di setiap kecamatan. Dalam setiap sosialisasi sekurang-kurangnya melibatkan warga sekitar 100 orang. (gun/bah)