RADAR JOGJA – PT KAI Daerah Operasional (Daop) 6 Jogjakarta berhasil menghidupkan kembali satu unit lokomotif tua. Kuda besi bernomor lambung D1410 merupakan produksi Hanomag Hannover, Linden, Jerman tahun 1921. Selanjutnya kereta ini akan beroperasi di Solo, Jawa Tengah.
Untuk menghidupkan sang sepuh tidaklah mudah. Lokomotif datang ke Jogjakarta April 2019. Kala itu kondisi telah mati dan tak berfungsi. Selama tujuh bulan, tim khusus terus berusaha merestorasi kereta uap tua ini.
“Ini adalah perjalanan bersejarah dari loko uap. Napak tilas karena puluhan tahun lalu memang ada loko uap dengan jurusan Jogjakarta Solo. Sekarang hidup lagi walau hanya satu rute perjalanan,” jelas Executive Vice President (EVP) PT. KAI Daop 6 Jogjakarta Eko Purwanto, ditemui di Stasiun Lempuyangan, Kamis (6/2).
Hidupnya loko uap merupakan permintaan khusus dari Presiden Joko Widodo. Melihat sejarah dan potensinya, sangat disayangkan jika hanya terdiam di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Hingga akhirnya diputuskan untuk direstorasi sepenuhnya.
Tak sekadar mengawasi, Eko turun langsung dalam perjalanan perdana pasca restorasi ini. Dia memasinisi lokomotif uap tersebut hingga stasiun Purwosari. Total perjalan yang ditempuh mencapai 60 Kilometer.
“Terakhir dinas kalau tak salah 1977. Dulu salah satu andalan di jawatan kereta api. Restorasi ulang untuk operasikan tapi fungsinya sebagai kereta wisata,” ujarnya.
Lokomotif uap tua ini memiliki panjang 12,6 meter dengan lebar 3 meter. Kecepatan maksimal saat masih aktif mencapai 70 Kilometer/jam. Bahan bakar yang digunakan berupa batubara dan kayu jati. Tenaga penggerak berupa sistem uap kering atau superheater.
“Depo induk terakhir di Stasiun Jatinegara. Melayani rute Jakarta Bandung dengan rute Jakarta-Bogor-Sukabumi. Yang mengoperasikan ada dua orang, masinis dan juru api,” katanya.
Loko uap ini menjadi satu-satunya yang berhasil direstorasi di Balai Yasa Jogjakarta. Setibanya di Solo, loko uap tua ini akan menggantikan KA Jaladara. Rute yang dilalui terfokus di perkotaan Solo. Untuk perawatan memerlukan perhatian khusus. Apalagi sparepart loko tua ini sudah tak diproduksi.
“Tim restorasi dulunya memang pernah mengoperasikan lokomotif uap. Ibaratnya ini meneruskan ilmu dan pengetahuan, jangan sampai hilang pengetahuan mengenai loko uap,” ujarnya. (dwi/tif)