RADAR JOGJA – Dokter spesialis mata, Waldensius Girsang baru saja meraih gelar doktor dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FKKMK UGM) pada Senin lalu (3/2). Girsang menjadi Doktor ke-4.781 lulusan UGM dengan predikat cumlaude.

Dalam ujian terbuka, Girsang memaparkan hasil penelitiannya tentang metode baru dalam operasi mata dengan kondisi ablasio retina atau lepasnya retina dari jaringan belakang bola mata. Menurutnya kondisi ablasio retina harus segera ditangani pada pasien untuk mempertahankan fungsi penglihatan dan mencegah kebutaan.

“Saya membuat metode baru untuk mengoperasi saraf mata pada gangguan ablasio retina melalui retinektomi relaksasi radial. Penanganan menggunakan metode baru ini membuat hasil lebih maksimal, murah, dan lebih baik,” ungkap pria berusia 60 tahun ini.

Metode baru temuan Girsang ini adalah dengan cara memotong retina secara radial. Metode ini berbeda dengan cara sebelumnya yang memotong secara melintang.

“Selama ini pemotongan secara radial tak dilakukan dalam operasi saraf mata karena berdekatan dengan pupil. Untuk itu, pemotongan harus dilakukan dalam ukuran tertentu supaya menjaga pupil,” paparnya.

Metode baru ini juga tidak lagi memakai minyak silikon saat penempelan retina. Dalam proses operasi temuan Girsang, hanya perlu memakai gas yang akan hilang secara berangsur.

“Cukup memakai gas. Gas ini akan terserap sendiri dan habis. Kalau penempelan retina menggunakan silikon dapat menimbulkan komplikasi pada mata. Kesehatan mata akan kembali menurun,” jelas dokter yang berpraktek di JEC Eye Hospitals and Clinics Jakarta ini.

Girsang mengatakan, metode penempelan dengan silikon ini harus dilakukan dua kali operasi. Pertama saat pemasangan dan yang kedua harus dilepas silikonnya enam bulan setelahnya.

“Sedangkan memakai gas, cukup satu kali operasi saja, sehingga menghemat pembiayaan,” ucapnya.

Girsang mengungkapkan kasus ablasio retina cukup banyak di dunia. Di negara-negara Eropa, sekitar 5-10 persen masyarakatnya mengalami kondisi tersebut. Sebagian besar mereka sudah menyadari dan langsung memeriksakan ke dokter ketika timbul gejala.

Sedangkan di Indonesia, kebanyakan belum sadar atas kondisi ablasio retina. Karena meremehkan, penderita baru ke dokter setelah kondisi mata parah.

“Tanda atau gejala awal biasanya merasa melihat nyamuk di sekitarnya, padahal tidak ada. Kemudian seperti ada kilat-kilat. Sebaiknya ketika mengalami gejala awal segera diperiksa,” tegas Girsang. (ita/tif)