RADAR JOGJA – Pencatatan usaha tani atau farm record penting dilakukan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam usaha tani. Namun pada umumnya para petani di DIJ tidak melakukannya. Prihatin dengan kondisi tersebut, dosen Fakultas Pertanian UGM Prof Dr Irham menciptakan aplikasi Rektanigama, akronim dari Rekam Usaha Tani Gadjah Mada.
Prof Dr Irham menuturkan, saat kuliah S2 di Thailand tahun 1990, kelompok tani di Thailand sudah membuat catatan usaha taninya dengan rapi. “Saat diberi kesempatan wawancara di kelompok tani di sana, ada ibu-ibu yang menjadi kepala rumah tangga, lalu saya tanya, apakah ibu punya catatan usaha tani? Dijawab, kalau saya tidak punya catatan, bagaimana saya bisa menghitung untung dan rugi,” jelasnya, Selasa (11/2).
Sementara saat akan melakukan penelitian di Sleman Barat, Irham juga menemukan masih banyak anggotak kelompok tani yang tidak mempunyai catatan pertaniannya sehingga dia harus melakukan survei sendiri. Bahkan di BPS juga tidak ditemukan. “Berangkat dari keprihatinan itu, membuat aplikasi untuk membuat catatan karena petani di sini tidak terbiasa mencatat, padahal farm record itu bisa dipakai sebagai bank data,” ungkapnya.
Aplikasi Rektanigama berbasis website ini sudah diujicoba pada kelompok tani di Nanggulan, Sleman dan Kalibawang, Kulonprogo. Mulai dipakai saat musim tanam tahun 2014-2015. Pencatatan meliputi sisi luas lahan, pengolahan, dan seputar panen. Selama tiga tahun hingga 2016, ditemukan keuntungan mengetahui status keuangan dari waktu ke waktu para petani dan kenaikan produktifitas.
“Bahkan bisa untuk agregasi kelompok petani karena berbasis data faktual dan aktual dengan basis rumah tangga petani. Disa dilakukan disertifikasi secara nasional atau internasional karena semua yang terkait dengan usaha taninya sudah ada dokumennya sehingga bisa dilakukan pelacakan datanya,” lanjut Irham.
Melalui aplikasi Rektanigama, mudah untuk mencari hal-hal yang membuat produktivitas pertanian turun. Karena tercatat data faktual dari musim ke musim. Dapat juga belajar dari kelompok petani yang produktivitasnya lebih tinggi.
“Ke depan, kami akan berusaha membuat aplikasi yang user friendly agar tidak terlalu sulit untuk klik. Kami akan terus menyempurnakan agar kelompok petani mau menggunakan,” harapnya. (sky/tif)