RADAR JOGJA – Dampak cuaca basah dapat berakibat pada bidang pertanian, khususnya tanaman cabai. Pasalnya, penyebaran hama patek diperkirakan tinggi.

Patek merupakan hama berupa jamur yang dapat membuat tanaman cabai menjadi kering dan kualitasnya menurun. Hama tersebut diduga muncul karena tingkat kelembaban yang tinggi, contohnya saat musim hujan.

Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman Edy Sri Harmanta mengatakan, dampak dari hama patek memang sangat berbahaya. Hal itu, karena hama dengan nama ilmiah antraknosa tersebut dapat menyerang batang hingga buah tanaman cabai.

Dia menyebut, ada dua wilayah penghasil cabai terbesar di Sleman. Yakni kecamatan Turi dan Ngemplak dengan luasan lahan sekitar 70 hektar.

Untuk itu, Edy meminta agar para petani cabai lebih jeli untuk memperhatikan lahannya dan segera melakukan upaya penanggulangan apabila ditemukan hama patek pada cabai. Dari beberapa pengalaman, gejala awal serangan hama patek sering luput dari pengamatan petani.

“Patek terlebih dahulu menyerang daun baru buahnya (cabai), ini yang sering luput. Pengetahuan petani terhadap hama patek jelas harus diperkaya,” katanya, Minggu (1/3).

Sebagai langkah antisipasi, kata Edy, petani bisa menangkal hama patek dengan menggunakan fungisida atau bahan pembasmi jamur tanaman. Cara lain, bisa memangkas batang yang hanya terkena hama patek untuk kemudian dipupuk lagi agar bisa tumbuh maksimal.

Lanjut dia, fungisida juga bisa dibuat oleh para petani dengan cara yang sederhana serta dengan bahan yang mudah didapat. Bisa dibuat dengan campuran pupuk belerang serta kapur tohor, lalu ditambah sabun deterjen.

Hasil racikan bahan-bahan tersebut, kemudian direbus dengan air lalu didinginkan agar mengendap. Air rebusan dari bahan-bahan tersebut bisa disemprotkan ke lahan cabai tiap tiga hari sekali.

Sebagai langkah pencegahan dini serangan hama, Edy mengaku telah membentuk forum komunikasi dengan para petani melalui grup whatsapp. Sehingga apabila ada permasalahan terkait tanaman holtikultura di wilayah Sleman bisa segera dikomunikasikan untuk dicari solusinya. “Adanya grup ini agar para petani bisa saling bertukar informasi supaya bisa mengatasi permasalahan yang ada di lapangan,” katanya.(inu/bah)