Lutfinanda Amary Septiandi memiliki peran penting dalam performa pemain PSS Sleman. Bertugas sebagai fisioterapis, dia membantu recovery pemain agar trengginas saat tanding.
Ana R. Dewi – Sleman, Radar Jogja
Lutfinanda Amary Septiandi resmi bergabung dengan PSS pada 21 Januari lalu. Karirnya di dunia fisioterapis tak perlu diragukan lagi. Dia pernah bekerja di berbagai klub. Bahkan, pada 2017, dia sukses meraih sertifikat FIFA Diploma in Football Medicine.
Sebelum ke PSS, lelaki 25 tahun ini pernah menjadi fisioterapis di beberapa tim. Di antaranya, Red Boys Indonesian School Soccer Academy pada 2015, Borneo FC (2016), dan Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-19 (2019).
Lutfi punya alasan khusus memilih bergabung dengan PSS. Itu lantaran tim berkuluk Super Elang Jawa ini merupakan satu dari lima klub yang paling serius menginginkan jasanya.
Selain itu, ada andil dari dua penggawa PSS. Mereka Jefri Kurniawan dan Bagus Nirwanto.
Jefri dan Bagus membuatnya semakin mantap menerima tawaran Laskar Sembada. Terlebih, mereka pernah bekerja sama di Borneo FC. “Mereka banyak cerita suasana di Sleman bagus. Pertimbangan lain, karena istri sedang hamil tua. Jadi, saya pingin tim Pulau Jawa saja,” ungkapnya kepada Radar Jogja.
Lutfi berharap bisa membantu PSS dalam mengarungi kompetisi Shopee Liga 1 musim 2020. Dia bertekad meningkatkan kebugaran Bagus Nirwanto dan kolega. Termasuk menanggulangi cedera yang potensial dialami pemain di sepanjang kompetisi. “Tentu juga untuk mendongkrak prestasi PSS lebih baik dari sebelumnya,” ujarnya.
Bagi Lutfi, profesi sebagai fisioterapis sangat menyenangkan karena dapat membantu orang lain. Yang jelas, menurutnya, inti fisio yakni mengatasi masalah dengan terapi latihan dan manual terapi.
Selain fisioterapis, menurutnya, dalam klub sepak bola juga wajib memiliki medical staf. Itu mencakup dokter tim dan pelatih fisik.
Pria kelahiran 15 September 1994 itu juga memberikan edukasi tentang pentingnya pertolongan pertama kepada para pemain. Termasuk kepada penggawa Super Elja. Edukasi yang diberikan terutama ketika terjadi insiden berbahaya dalam pertandingan. Sebab, tak jarang dalam suatu laga terjadi insiden yang membahayakan nyawa pesepakbola.
“Di manapun saya bertugas pasti saya beri pengetahuan untuk para pemain. Bagaimana memberikan bantuan kepada sesama pemain dalam keadaan darurat,” katanya.
Dikatakan, saat ini pemahaman atau pola pikir klub terhadap fisioterapis sudah lebih baik. Kini keberadaan fisioterapis sudah menjadi mutlak dalam klub profesional. “Kalau dulu ada yang mempertanyakan. Ngapain ada fisio, kan sudah ada sport masseur (tukang pijat). Apa bedanya sih,” ujar Lutfi lantas tertawa.
Seiring berjalannya waktu, kesadaran klub di Indonesia mulai muncul. Saat ini peran fisioterapis menjadi vital
Lutfi menjelaskan pentingnya peran fisioterapis dan dokter dalam sebuah tim sepak bola. “Dokter menyembuhkan dengan obat. Tapi, kalau fisio lebih ke exercise dan manual. Berbeda-beda fungsi namun tujuannya sama untuk mengoptimalkan pemain,” ujarnya. (amd)