JUARA DUA: Inilah penampilan wakil dari Kecamatan Pakualaman dan mampu menyabet juara kedua festival ini. (SETIAKY A. KUSUMA/RADAR JOGJA)

JOGJA – Penyelenggaraan Festival Langen Carita 2018 di Pendapa Taman Siswa berlansung selama dua hari Sabtu (21/4), dan Minggu (22/4) menampilkan empat garapan. Festival yang memasuki hari kedua ini ditutup dengan pengumuman juara Festival yang diikuti sembilan peserta dari masing- masing kecamatan di Kota Jogja.

Dalam penyelenggaraan kali ini, Kecamatan Wiro brajan mampu memukau dewan juri dan penonton. Membawakan lakon “Srengenge Majapahit” dan berhasil mengumpulkan nilai 1.458 poin, menjadikan Wirobrajan keluar sebagai juara pertama.

Lakon ini bercerita tentang perebutan takhta Patih Amengku bumi Majapahit antara Gadjah Mada, Rakembar, dan Rabanyak. Rakembar yang tidak terima Gadjah Mada menjadi patih, akhirnya menantang Gadjah Mada dalam adu perang Blabar Kawat. Dalam peperangan itu dimenangkan Gadjah Mada.

Salah seorang dewan juri, Gita Gilang, memberikan apresiasi kepada seluruh penampil yang ikut berpartisipasi. Baginya, semua telah menampilkan garapan secara maksimal. Ia pun memberikan acungan jempol kepada penampilan istimewa dari Kecamatan Wirobrajan danPakualaman yang menjadi juara pertama dan kedua.

Menurutnya, pemahaman cerita, penghayatan, gerak tari, dan intonasi dari kontingen Wirobrajan lebih baik ketimbang peserta lain. Aspek lain yang menjadi penilaian adalah bagaimana sebuah pertunjukan dapat menghibur penonton. “Kami, juri juga sebenarnya mewakili penonton,” tutur Gita.

Ia mengatakan penyelenggaraan Festival Langen Carita oleh Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Yogyakarta ini harus dilanjutkan. “Ini kan bagian dari pelestarian budaya dan pembinaan untuk mereka yang masih muda, sehingga harus dirutinkan,” tambah pria yang juga seorang seniman itu.

Gita berharap setiap masyarakat lebih peduli lagi terhadap budaya, terutama budaya Jawa Jogjakarta. Baginya, predikat istimewa yang melekat pada Jogjakarta diperoleh dari masyarakat yang menjaga dan melestarikan budaya. “Contoh menjaga dan melestarikan budaya yang paling sederhana adalah dengan menonton pertunjukan seni,” jelasnya.

Kepala Seksi Bahasa danSastra Safrin Norasrini mengimbau kepada para pemenang agar terus meningkatkan kualitas dan jangan mudah berpuas diri. “Kalaupun menang harus tetap rendah hati,” harapnya. (*/cr4/laz/mg1)