SLEMAN – Penyebab kelangkaan tabung gas ukuran tiga kilogram terjawab. Kemarin (6/9) Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sleman bersama Pertamina melakukan inspeksi mendadak (sidak) di lima rumah makan. Hasilnya, kelima rumah makan itu menggunakan tabung gas subsidi. Rata-rata kelima rumah makan ini bisa menghabiskan 10 hingga 15 tabung gas melon sehari.
Sales Eksekutif Elpiji Pertamina DIJ R Djorojatun Sumantri menilai, banyaknya rumah makan yang menggunakan tabung gas melon berimbas pada kelangkaan. Betapa tidak, satu rumah makan saja bisa menghabiskan hingga 15 tabung sehari. Jika ditotal satu rumah makan membutuhkan 450 tabung per bulan. Padahal, stok 450 tabung bila didistribusikan bisa memenuhi 150 kepala keluarga.
”Konsumsi rumah tangga rata-rata sebulan hanya tiga tabung gas,” jelas Djorojatun di sela sidak di salah satu rumah makan Padang di Jalan Godean.
Djorojatun mengingatkan rumah makan dilarang menggunakan tabung gas melon. Yang diperbolehkan hanya rumah makan kategori usaha mikro. Itu pun dibatasi maksimal hanya sembilan tabung per bulan. Itu merujuk Peraturan Menteri Energi Sumber Daya dan Mineral No. 26/2009. Karena itu, dia mendorong agar pelaku usaha beralih ke elpiji non-subsidi.
”Sebelumnya kami telah sidak di berbagai daerah. Seperti Gunungkidul dan Bantul,” ujarnya.
Kasubbag Ketahanan Ekonomi Disperindag Sleman Joko Mulyanto menegaskan ada sejumlah langkah yang dipersiapkan untuk mengatasi pemilik rumah makan nakal. Mereka yang tertangkap basah saat sidak diberikan pilihan menukar seluruh tabung gas melon dengan non-subsidi. Bila mereka ngeyel, petugas tak segan mengambil seluruh tabung gas melon untuk dikembalikan ke Pertamina.
Dari pantauan, ada rumah makan yang mengganti seluruh tabung gas. Namun, ada pula yang hanya mengganti sebagian, sehingga petugas memasang stiker khusus di rumah makan ini. Isinya bahwa rumah makan masih menggunakan tabung gas subsidi yang notabene dilarang.
”Total ada 62 tabung gas subsidi yang kami temukan di lima rumah makan. Bagi yang menukar sebagian akan kami sidak lagi,” tegasnya.
Dengan temuan ini, Joko meyakini tidak sedikit pengusaha di Sleman yang masih menggunakan tabung gas melon. Bahkan, persentasenya cukup tinggi. Di atas 50 persen. Mayoritas mereka adalah pelaku usaha katering, laundry, peternakan, rumah potong, dan hotel.
Karena itu, Joko menegaskan bakal menggelar sidak serupa. Toh, jamak warga yang mengeluhkan kelangkaan tabung gas melon di pasaran.
”Sidak ini tindak lanjut laporan masyarakat,” ungkapnya.
Seorang pegawai rumah makan Padang di Jalan Godean menyebut sehari menghabiskan 14 tabung gas melon sehari. Itu disuplai seorang pengecer.
”Totalnya kami ada 15 tabung gas melon dan satu tabung gas 12 kilogram,” ujar pegawai yang identitasnya enggan dikorankan ini.
Saat sidak, kata pegawai itu, sebagian gas melon warungnya ditukarkan dengan tabung gas non-subsidi. Delapan tabung gas melon diganti dengan empat tabung bright gas. (har/zam)