Dalam beberapa pekan terakhir keberadaan patung, tampilan prajurit Keraton Jogja tapi dengan mimik lucu menjadi ikon baru di Malioboro. Patung itu dinamai Bedjokarto. Sempat menjadi kontroversi, tapi apa makna dari Bedjokarto?
IWAN NURWANTO, Jogja
Kantor Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro yang berada di komplek kantor Dinas Pariwisata DIJ didatangi penggagas instalasi Bedjokarto Senin sore (7/1). Itu sesuai dengan janji Kepala UPT Malioboro Ekwanto yang meminta mereka datang dan diminta menjelaskan maknanya.
Salah satunya adalah orang yang ikut dalam pembuatan patung. Yaitu Project Officer Bedjokarto yang bernama Danang Cahyo Nugroho. Danang menjelaskan, karakter tambun ini memiliki dua arti. “Yaitu Bedjo yang berarti beruntung, dan Karto yang berarti aman,” jelasnya.
Selain Danang sebagai penggagas, patung Bedjokarto tersebut dibuat oleh trio seniman Duvrart Angelo, Febrianto Tri Kurniawan dan Faisal Aditya. Dengan kurator Roby Setiawan dan desain produk Ruly Prasetya.
Danang menjelaskan penggunakan pakaian prajurit Keraton karena patung itu untuk menegaskan kembali budaya asli Jogja. “Belum lama ini juga banyak orang yang menanyakan kenapa harus digambarkan sebagai prajurit tambun,” ungkapnya.
Selain itu penggambaran prajurit dibuat tambun dan memiliki senyum serta gigi yang lebar. Menurut dia bentuk tersebut adalah untuk merepresentasikan bahwa orang Jogja merupakan orang yang selalu bahagia.”Karena orang bahagia biasanya digambarkan bisa digambarkan dengan tersenyum dan perut yang besar,” katanya.
Dirinya juga sempat menceritakan jika patung-patung ini merupakan karya kerjasama seniman. Total berjumlah enam orang. Dan untuk pembuatan patung seberat 400 kilogram diselesaikan kurang lebih selama dua bulan.
Latar belakang pembuatannya juga sebagai bentuk kritik kondisi sosial yang sedang hangat di masyarakat saat ini. Terutama yang ada di Kota Jogja. Danang menjelaskan beberapa karakter ini ada yang memegang karung, knalpot dan kotak sampah.
Knalpot, jelas dia, diartikan bahwa sebagai manusia jangan mudah panas. Sedangkan karung merupakan gambaran bahwa sebagai manusia jangan suka menyembunyikan sesuatu yang buruk. “Dan untuk kotak kayu memiliki agar pengunjung bisa menjaga kebersihan,” imbuhnya.
Penggunaan karung, knalpot dan kotak sampah serta tampilan prajurit Keraton Jogja yang tambun dan lucu, sempat dikritik beberapa kalangan. Kedepan agar masyarakat tidak bingung dengan makna patung tersebut, Danang akan memberikan keterangan singkat agar pengunjung bisa membacanya. “Supaya masyarakat bisa mengerti apa yang disampaikan dari karakter tersebut,” tuturnya.
Sesuai dengan izin pemasangannya, patung juga akan lebih lama berada di pedestrian Malioboro, Danang mengaku telah mengajukan pengajuan perpanjangan untuk memamerkan karya patung ini. Rencananya Bedjokarto akan berada di Malioboro hingga dua minggu kedepan.
“Sebenarnya hari ini (kemarin) pameran patung ini sudah selesai. Namun kami ajukan untuk bisa lebih lama lagi di sepanjang Malioboro,” ungkapnya. (pra/fn)