GUNUNGKIDUL – Krisis air mulai melanda Gunungkidul. Akibatnya, banyak lahan pertanian tak memperoleh air. Luasnya mencapai ratusan hektare. Terancam gagal panen.

Musim kemarau menjadi ancaman di Gunungkidul. Krisis air yang melanda dipastikan berdampak pada sektor pertanian.

Ratusan hektare pertanian yang merupakan lahan tadah hujan mulai mengalami krisis air. Tanaman tak tumbuh dengan baik. Ada lahan yang mengalami rusak berat, ringan, bahkan gagal panen atau puso.

Salah satu wilayah krisis air itu ada di Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari. Kades Ngalang Kadri mengatakan, dampak musim kemarau sedang dirasakan oleh warganya. Dari total 14 padukuhan, lima di antaranya mengalami kerusakan pertanian. Luasnya kurang lebih mencapai tujuh hektare.

”Padukuhan terdampak meliputi Manggung, Karanganyar, Sambeng, Karang, dan Padukuhan Magirejo,” kata Kadri saat dihubungi, Kamis (30/5).

Di lima wilayah tersebut, kondisi tanaman padi sangat memprihatinkan. Terancam gagal panen.

Bahkan, diyakini bulir padi tidak tumbuh dengan sempurna. Ini akibat kekurangan air. Para petani pun nekat memotong batang padi. Dipotong untuk keperluan makanan ternak.

”Jadi, batang padi biasanya mengering dari pinggir kemudian merembet ke mana-mana,” ujarnya.

Desa Ngalang termasuk daerah rawan kekeringan. Namun, sejauh ini dampak paling terasa dialami oleh petani. Kebutuhan air bersih untuk rumah tangga sampai sekarang belum ada laporan.

”Untuk spot tertentu masih bisa dibantu dengan mengangkat air dari sungai. Tapi, tidak semua memiliki akses,” ucapnya.

Kepala Bidang Tanaman Pangan (Kabid) Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul Raharjo Yuwono membenarkan adanya dampak kekeringan pada sektor pertanian di Gunungkidul. “Daerah lahan yang tidak ada sumber air hanya mengandalkan air hujan terancam kekeringan,” katanya.

Berdasarkan laporan awal, ada lima kecamatan yang telah melaporkan dampak kekeringan dari intensitas ringan sampai sedang. Di Kecamatan Ponjong terdapat satu hektare lahan pertanian yang dipastikan mengalami puso. Lahan itu berada di Desa Tambakromo.

Selain itu, di Kecamatan Karangmojo juga terkena dampak. Kekeringan kategori ringan terjadi di 52 hektare dan kategori sedang seluas 26 hektare.

Di Kecamatan Ngawen, luas lahan rusak ringan mencapai 63 hektare dan rusak sedang 40 hektare. Sedangkan di wilayah Kecamatan Semin tercatat lahan rusak ringan 102 hektare dan rusak sedang 53 hektare.

Kerusakan lahan juga terjadi di Kecamatan Gedangsari. Totalnya ada 53 hektare. Rinciannya, Desa Serut seluas 7 hektare, Sampang seluas 7,5 hektare, Watugajah seluas 3,5 hektare, Tegalrejo seluas 9 hektare, Mertelu seluas 8,5 hektare, Hargomulyo seluas 10 hektare, dan Ngalang seluas 7,5 hektare.

Berdasar data yang ada, total luas lahan padi gogo atau lahan tadah hujan di Bumi Handayani mencapai 48.628 hektare. Daerah lahan yang tidak ada sumber air tersebut hanya mengandalkan air hujan terancam kekeringan. (gun/amd/zl)