SUDAH tradisi. Setiap lebaran tiba. Keluarga besar ngumpul bareng. Meninggalkan sekat-sekat perbedaan. Menyatu. Leluhur mewariskan nilai-nilai. Apapun latar belakang kehidupannya. Perlu menumbuhkan kebersamaan. Menjadikan ikatan keluarga  rekat. Yang kuat memperhatikan yang lemah. Yang lemah tak usah rendah diri. Hidup adalah saling melengkapi.

Barangkali leluhur sadar. Mewariskan nilai-nilai kebersamaan. Kalau sejak awal tidak ditanamkan membangun kebersamaan. Rentan masalah. Bisa saja keluarga menjadi retak. Keluarga kami berpotensi tumbuh masalah. Karena keluarga kami beraneka. Latar belakang etnis, keyakinan, pendidikan, status sosial, dan ekonomi berwarna-warni.

Om. Suami bu lek. Berasal dari etnis Tionghoa. Saudara kami yang lain menikah dengan suami atau istri berasal dari etnis Melayu.  Leluhur kami. Kakek. Nenek. Orang tua.Berasal dari etnis Jawa. Melihat dari sisi keyakinan juga memilih jalan berbeda. Status ekonomi ada yang memiliki rezeki berlebih. Tetapi ada yang pas-pasan. Pendidikan ada yang meraih gelar jenjang pascasarjana. Ada yang lulus sekolah menengah pertama. Status sosial pun ada yang memiliki posisi mapan di masyarakat. Ada juga yang berada di pinggir. Profesinya. Ada yang menjadi profesional.  Aparatur sipil negara. Polisi. Ada yang menjadi buruh.

Latar belakang keberagaman menyertai keluarga kami. Berpotensi melahirkan jarak. Kekerabatan  kami  tersekat oleh perbedaan.  Tetapi keberbedaan ini tidak menjadi alasan kami untuk renggang. Nilai-nilai leluhur menjadikan kami tetap karib. Meski ada  keberagaman di keluarga.

Tentu kami bersyukur. Tanpa belajar konsep multikultural. Leluhur sudah mempraktekannya. Leluhur telah mengamalkan pendidikan multikultural. Esensi dari pendidikan multikultural menekankan pada peran edukasi sebagai transfer nilai dan pengetahuan  mewujudkan cita-cita perdamaian, keadilan, persaudaraan sosial, anti kekerasan, anti tindakan diskriminatif, dan anti konflik.Multikultural  memberi perhatian yang menjunjung tinggi keberagaman etnik, agama, ras, budaya, bahasa, pendidikan, status ekonomi, dan status sosial. Multikultural dapat terwujud melalui perilaku yang saling menghormati dan menghargai keanekaragaman.  Berprinsip pada kesederajatan.

Multikultural bisa terimplementasi secara psikologis karena tumbuh konsep diri sosial. Konsep diri sosial merupakan identitas kolektif hidup bersama dalamkeberbedaan. Variabel lain memberikan kontribusi  membentuk kepribadian multikultural adalah altruisme. Altruisme merupakan tindakan suka rela menolong orang lain tanpa pamrih. Altruisme memiliki manfaat positif. Orang  menolong dengan ikhlas dan suka rela. Meski ada perbedaan latar belakang etnis, ras, keyakinan, ekonomi, budaya, dan pendidikan.

Empati juga merupakan bagian penting merajut dinamika psikologis kepribadian multikultural. Tak peduli orang lain berbeda darinya. Ketika diri seseorang memiliki empati  berkembang toleran,  ramah, dan humanis pada orang lain. Penyesuaian diri menjadi menu tambahan membangun dinamika psikologis kepribadian multikultural. Kemampuan menyesuaikan diri ini merupakan life skills saat hidup dalam  keluarga yang beragam.

Life skills merupakan resep mujarab  hidup harmoni pada keluarga multikultur. Bisa menjadi anti biotik menangkal berbagai virus perpecahan. Seperti urusan politik sering menimbulkan polarisasi kelompok. Realisasinya melalui gejalapolitik identitas. Demi menambang suara pemilih. Politisi menggoreng politik identitas.

Dampaknya adalah berkembang gesekan antar kelompok karena pilihan politik berbeda yang  didasarkan persamaan identitas. Berbagai peristiwa politik telah menunjukkan benturan-benturan antar kelompok. Menguras energi. Ini disebabkan masing-masing kelompok membela kandidat karena sentimen etnis, keyakinan, atau kultur.

Di keluarga kami.  Pilihan politik juga berbeda. Eforia prosesi pilpres, legislatif, dan dewan perwakilan daerah tak luput menyemarakkan keluarga kami. Ada yang afilisiasianya ke nol satu. Dan ada yang sebagian mantap memilih nol dua. Ada yang memilih anggota legislatif A. Ada yang memilih anggota legislatif B. Bebas  saja. Monggo.

Ketika lebaran kali ini. Perbincangan tentang agenda politik akbar pilpres, pilihan legislatif, dan dewan perwakilan daerah nyaris tak terdengar. Kami menghargai pilihan politik anggota keluarga. Pilihan politik disimpan di ruang hati.

Pertemuan kami menghadirkan nuansa kekerabatan yang kental.  Keluarga kami tak akan terseret arus. Keluarga kami tetap bersatu. Menikmati kebersamaan. Biarlah kisruh politik milik para elit…!!!! (*)