Mengaku tiak mendapatkan perhatian yang serius dari daerah asalnya, Fatahillah Abdullah memutuskan pindah ke Jogjakarta. Diapun bertekad terus membantu perkembangan balap sepeda di Kota Budaya ini. Apa motivasinya ?
Hery Kurniawan, BANTUL
Di dunia balap sepeda Indonesia, nama Fatahillah Abdullah cukup harum. Berkali-kali pria kelahiran Makassar berusia 35 tahun itu menjadi andalan Indonesia di berbagai ajang nasional maupun internasional.
Setelah pensiun sebagai pembalap sepeda pada 2017 yang lalu, Fatahillah fokus menjadi pelatih di tim Puslatda Balap Sepeda DIJ. Khsusunya untuk nomor road race.
Kemarin (2/7) Jawa Pos Radar Jogja berkesempatan mendengarkan cerita dari Fatahillah mengenai perjalanannya sebagai atlet dan aktivitasnya kini sebagai pelatih.
Fatahillah awalnya tampil membela daerah keliahirannya yakni Sulawesi Selatan. Namun, karena pada saat itu perhatian dari pemerintah setempat kurang begitu baik dia memutuskan untuk pindah ke DIJ pada 2010.
Padahal, prestasi Fatahillah saat itu sudah terbilang mentereng. Pada tahun 2005, dia sudah membela Merah Putih di ajang SEA Games Manila. “Ya saat itu saya memang nggak punya apa-apa. Jadi saya langsung terima tawaran dari DIJ dan sampai sekarang saya tetap di sini,” kenangnya.
Terjunnya Fatahillah ke dunia sepeda balap pun bukan kebetulan. Usut punya usut ayahnya ternyata juga atlet balap sepeda di era 1970-an yang lalu. “Alhamdulillah saya bisa mengikuti jejak bapak saya,” ujarnya.
Fatahillah Abdullah terbilang memiliki karir yang panjang di pelatnas balap sepeda. Pria yang menguasai nomor road race dan track itu bahkan sudah memberikan dua medali perak dan satu medali perunggu untuk Indonesia. Ajang SEA Games Kuala Lumpur 2017 jadi ajang internasional terakhir bagi Fatahillah.
Namun, ajang yang tak akan dilupakan Fatahillah adalah saat dia bisa tampil di ajang Asian Ga
Mengaku tiak mendapatkan perhatian yang serius dari daerah asalnya, Fatahillah Abdullah memutuskan pindah ke Jogjakarta. Diapun bertekad terus membantu perkembangan balap sepeda di Kota Budaya ini. Apa motivasinya ?
HERY KURNIAWAN, Bantul
Di dunia balap sepeda Indonesia, nama Fatahillah Abdullah cukup harum. Berkali-kali pria kelahiran Makassar berusia 35 tahun itu menjadi andalan Indonesia di berbagai ajang nasional maupun internasional.
Setelah pensiun sebagai pembalap sepeda pada 2017 yang lalu, Fatahillah fokus menjadi pelatih di tim Puslatda Balap Sepeda DIJ. Khsusunya untuk nomor road race.
Selasa (2/7) Jawa Pos Radar Jogja berkesempatan mendengarkan cerita dari Fatahillah mengenai perjalanannya sebagai atlet dan aktivitasnya kini sebagai pelatih.
Fatahillah awalnya tampil membela daerah keliahirannya yakni Sulawesi Selatan. Namun, karena pada saat itu perhatian dari pemerintah setempat kurang begitu baik dia memutuskan untuk pindah ke DIJ pada 2010.
Padahal, prestasi Fatahillah saat itu sudah terbilang mentereng. Pada tahun 2005, dia sudah membela Merah Putih di ajang SEA Games Manila. “Ya saat itu saya memang nggak punya apa-apa. Jadi saya langsung terima tawaran dari DIJ dan sampai sekarang saya tetap di sini,” kenangnya.
Terjunnya Fatahillah ke dunia sepeda balap pun bukan kebetulan. Usut punya usut ayahnya ternyata juga atlet balap sepeda di era 1970-an yang lalu. “Alhamdulillah saya bisa mengikuti jejak bapak saya,” ujarnya.
Fatahillah Abdullah terbilang memiliki karir yang panjang di pelatnas balap sepeda. Pria yang menguasai nomor road race dan track itu bahkan sudah memberikan dua medali perak dan satu medali perunggu untuk Indonesia. Ajang SEA Games Kuala Lumpur 2017 jadi ajang internasional terakhir bagi Fatahillah.
Namun, ajang yang tak akan dilupakan Fatahillah adalah saat dia bisa tampil di ajang Asian Games Doha 2006 yang lalu. Meski di ajang itu Fatahillah tak bisa berbicara terlau banyak. “Luar biasa saat itu. Pengalaman yang benar-benar tak bisa dilupakan,” ujar Fatahillah.
Setelah pensiun sebagai atlet, Fatahillah memutuskan untuk tidak jauh-jauh dari dunia sepeda. Profesi sebagai pelatih pun langsung digeluti oleh sosok yang juga terdaftar sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Pemuda dan Olahraga DIJ ini.
Ajang Pra Pekan Olahraga Nasional yang akan berlangsung pasa pertengahan Juli ini jadi target terdekatnya. Namun, lebih jauh Fatahillah juga punya mimpi yang mulia. Saat ini dia sudah memiliki sekolah balap sepeda yang diberi nama Fatahillah Abdullah Bike School. “Ya harapannya sekolah ini terus berkembang dan bisa melahirkan pembalap sepeda yang handal nantinya,” harapnya.(din/by)
mes Doha 2006 yang lalu. Meski di ajang itu Fatahillah tak bisa berbicara terlau banyak. “Luar biasa saat itu. Pengalaman yang benar-benar tak bisa dilupakan,” ujar Fatahillah.
Setelah pensiun sebagai atlet, Fatahillah memutuskan untuk tidak jauh-jauh dari dunia sepeda. Profesi sebagai pelatih pun langsung digeluti oleh sosok yang juga terdaftar sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Pemuda dan Olahraga DIJ ini.
Ajang Pra Pekan Olahraga Nasional yang akan berlangsung pasa pertengahan Juli ini jadi target terdekatnya. Namun, lebih jauh Fatahillah juga punya mimpi yang mulia. Saat ini dia sudah memiliki sekolah balap sepeda yang diberi nama Fatahillah Abdullah Bike School. “Ya harapannya sekolah ini terus berkembang dan bisa melahirkan pembalap sepeda yang handal nantinya,” harapnya.(din/)