MUNGKID – Memasuki musim kemarau sejumlah petani di Desa Adikarto, Muntilan, mulai beralih dari tanaman padi ke tembakau. Para petani pun menyoroti minimnya peran Dinas Pertanian Kabupaten Magelang yang seharusnya menjadi rujukan.

Petani tembakau yang juga Kepala Desa Adikarto Abdullah Umar mengatakan, lahan pertanian warga biasanya ditanami padi, palawija, atau dijadikan tambak ikan. Saat musim kemarau, pasokan air dari Sungai Keji yang menjadi sumber utama irigasi menipis. Saat yang bersamaan panas matahari cenderung stabil.

Untuk mengatasi hal itu, tembakau menjadi salah satu solusi karena tidak banyak tanaman pertanian lain yang mampu bertahan. “Padi atau palawija produktivitasnya rendah saat musim kemarau. Intinya petani tidak punya banyak pilihan,” ujarnya saat ditemui di dusunnya Tamanem, Adikarto.

Untuk mengolah sekitar satu hektare sawah menjadi kebun tembakau, dibutuhkan modal Rp 30 juta lebih. Biaya itu meliputi bibit, pupuk, ongkos buruh, biaya sewa tanah, dan biaya operasional yang lain.

Keuntungan dapat berlipat apabila panen bagus. Sedangkan jika gagal panen, maka kerugian menjadi sebaliknya. Saat ini ada sekitar 70 petani tembakau yang gabung dalam enam kelompok tani di Desa Adikarto. Sebagian besar petani mengelola kebunnya secara mandiri.

Ketua Paguyuban Petani dan Pedagang Tembakau Kabupaten Magelang (P3TM) Edi Nurhasan mengakui, dari pihak petani selama ini masih kurang aktif dalam mengusahakan bantuan ke dinas. “Secara umum persoalan petani tembakau di Magelang hampir sama, yaitu petani belum memaksimalkan keberadaan dinas sebagai mitra utama,” tandasnya.

Menurut Edi, untuk pengadaan bibit dan pupuk beberapa kelompok tani bekerja sama dengan agen-agen dari perusahaan pembeli tembakau seperti PT Djarum dan PT Gudang Garam dengan kesepakatan tertentu. Sedangkan sebagian lagi mendapatkan bantuan dari dinas.

Petani membutuhkan informasi terkait perkiraan cuaca, kebutuhan pasar, harga di pasaran, dan informasi yang lain terkait hal itu sebelum memutuskan untuk menanam tembakau. Di situlah sebenarnya interaksi yang harus dimaksimalkan antara pihak dinas dan petani.

“Sosialisasi-sosialisasi dari dinas yang sudah berjalan belum menyentuh semua kelompok tani di Magelang. Dinas diharapkan memiliki jurus jitu agar semua kelompok tani terfasilitasi,” ujarnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang Romza Ermawan mengatakan, pihaknya telah berusaha maksimal dalam memfasilitasi petani tembakau di daerahnya. “Bantuan dari dinas berupa bibit, pupuk, traktor mini, dan perlengkapan operasional yang lain telah dibagikan ke beberapa kelompok tani,” ujarnya saat ditemui di kantornya (4/7).

Dikatakan, dinas akan memberikan bantuan sesuai proposal yang diajukan oleh kelompok tani tertentu. Ia mendorong agar kelompok tani lebih aktif dalam menyampaikan keluhan yang nantinya akan menjadi bahan pertimbangan pemberian bantuan.

Romza juga mengaku kewalahan jika semua kelompok tani menginginkan perhatian lebih dari dinas. “Silakan kelompok tani menyampaikan keluhan dengan mengikuti prosedur yang berlaku. Insya Allah semua akan difasilitasi,” tegasnya.

Ia menambahkan, dinas lebih memilih cara demikian karena seharusnya kelompok tani yang lebih mengetahui kondisi dan kebutuhannya. Hal itu untuk menghindari program atau sosialisasi yang salah sasaran. Dalam memenuhi keluhan kelompok tani, dinas juga akan memprioritaskan kelompok tani yang lebih membutuhkan. (cr17/laz/zl)