JOGJA – Cuaca Rabu pagi (14/8) di wilayah DIJ lebih berkabut dari biasanya dan mendung. Menurut pantauan Radar Jogja, banyak warga yang mengira karena adanya hujan abu dari guguran awan panas Gunung Merapi.
Kepala Stasiun Klimatologi (Staklim) Mlati BMKG Jogjakarta Reni Kraningtyas menjelaskan, kabut tersebut merupakan kabut radiasi yang terjadi pada malam hari. ”Terjadi pendinginan di permukaan bumi akibat proses pelepasan radiasi gelombang panjang ke atmosfer,” jelasnya.
Kabut radiasi ini sudah terbentuk sejak malam hari, namun baru terlihat di pagi hari. Ketika matahari sudah bersinar, kabut akan menguap dan hilang seiring terjadinya pemanasan. Reni mengatakan, kabut ini wajar terjadi di musim kemarau, apalagi jika cuaca cerah. Dari pantauan Stasiun Klimatologi Mlati, fenomena ini sudah tampak dalam 2 hari terakhir.
Kabut ini tidak berbahaya bagi kesehatan, namun berpengaruh pada jarak pandang yang menjadi pendek. Masyarakat diimbau agar lebih berhati-hati dalam berkendara. Selain kabut, awan mendung juga menyelimuti langit DIJ. Tetapi awan mendung dan kabut ternyata fenomena yang berbeda, hanya kebetulan terjadi bersamaan.
Prakirawan Staklim Mlati Sigit Prakosa menjelaskan, awan mendung ini juga merata terjadi di seluruh DIJ. Terjadi karena perlambatan kecepatan angin yang disebabkan pertemuan angin dari timur dan tenggara di atas Pulau Jawa. ”Perlambatan kecepatan angin ada di lapisan tengah, menyebabkan awan terkumpul di atas Jawa, sehingga terlihat mendung di pagi hari,” paparnya.
Meski mendung, Sigit menyatakan awan ini tidak menimbulkan hujan. Fenomena ini terjadi sejak malam hari dan bersifat fluktuatif. Diperkirakan sudah kembali normal dalam dua hari. (tif/ila)