Radar Jogja – Program Segoro Amarto di enam kelurahan di Kota Yogyakarta terus berjalan. Segoro Amarto merupakan program penanggulangan kemiskinan berbasis gotong royong. Program tersebut diiniasi Pemda DIY melalui Biro Bina Pemberdayaan Masyarakat Setda DIY.

Kegiatannya membina kelompok masyarakat di enam kelurahan sebagai percontohan. Yakni di Kelurahan Pringgokusuman, Kecamatan Gedongtengen, Kelurahan Gedongkiwo, Mantrijeron dan  Kelurahan Prawirodirjan, Gondomanan. Kemudian Kelurahan Pandeyan, Umbulharjo serta Kelurahan Prenggan, Kecamatan Kotagede, Yogyakarta.

“Tahapan kami sekarang persiapan legalisasi Koperasi Paseduluran Segoro Amarto. Kami sedang siapkan  membuat akta notaris,” Tenaga Ahli Program Segoro Amarto Pemda DIY Gunardo di sela pelatihan manajemen Paseduluran Segoro Amarto Kelurahan Prawirodirjan.

Pelatihan diikuti semua kelompok masyarakat yang berasal dari enam kelurahan. Acara dipusatkan di gedung Mekarsari Prawirodirjan, Rabu (28/8). Anggota kelompok masyarakat Paseduluran Segoro Amarto rata-rata ibu rumah tangga.

Mereka dengan tekun mengikuti semua arahan yang disampaikan Gunardo. Setelah itu mereka berdiskusi dalam satu kelompok. Tema diskusi adalah pengembangan gerakan ekonomi yang akan diwadahi dalam Koperasi Paseduluran Segoro Amarto.

Dipilihnya koperasi, lanjut Gunardo, karena mengedepankan semangat gotong royong. Kekuatan koperasi bertumpu dan sepenuhnya ada di tangan anggota. Koperasi itu sifatnya dari, oleh dan untuk anggota. Hal ini sejalan dengan gerakan Segoro Amarto. Keduanya akan dikolaborasi.

Koperasi Paseduluran Segoro Amarto nantinya fokus pada penguatan ketahan pangan. Unit usaha yang dibuka adalah menjembatani kebutuhan masyarakat kota dan desa. Masyarakat kota memerlukan beras. Sedangkan petani di desa membutuhkan memasarkan produk pertaniannya.

Koperasi menjadi jembatan penghubung. Harapannya petani di desa untung.  Sedangkan masyarakat kota mendapatkan harga ekonomis dibandingkan di pasar umum. Dipilihnya sektor pangan bukan tanpa alasan.

Dosen Universitas Sanata Dharma ini mengatakan, pangan adalah kebutuhan pokok yang tidak bisa digantikan. “Siapapun orangnya, kaya dan miskin tetap butuh pangan. Khususnya beras untuk memenuhi kebutuhannya,” ungkap pria tinggal di daerah Wirobrajan ini.

Beras akan menjadi basis usaha Koperasi Paseduluran Segoro Amarto. Dia yakin kebutuhan masyarakat dari waktu ke waktu semakin tinggi. Jika itu bisa dikelola dengan baik, maka akan efektif untuk mempercepat program penanggulangan kemiskinan.

Gunardo memberikan ilustrasi jumlah PNS atau ASN di Kota Yogyakarta ada 12.000 ribu orang. Jika mereka bersedia membelanjakan uangnya sebulan Rp 100 ribu untuk membeli beras sebanyak 10 kg di Koperasi Paseduluran Segoro Amarto, maka dampaknya luar biasa. Terkumpul angka Rp 1.200.000.000.

Jika selisih atau keuntungan koperasi Rp 1000, maka setiap bulan ada dana Rp 120 juta. “Kalau itu konsisten bisa menjadi modal luar biasa. Kemiskinan akan bisa dikurangi secara signifikan,” tegasnya semangat.

Sekadar mengingatkan, awal lahirnya gerakan Segoro Amarto merupakan inisiatif Gubernur DIY Hamengku Buwono X. Pencanangannya dilakukan di Kampung Bangunrejo, Kricak, Tegalrejo, Kota Yogyakarta pada 24 Desember 2010.

Adapun Segoro  artinya laut. Laut punya sifat iklas menampung limpahan air dari daratan. Segoro dapat berfungsi sebagai sarana interaksi dan transformasi antarkelompok masyarakat, budaya dan antarbangsa. Sedangkan Amarto merupakan negara di pewayangan. Menggambarkan kebaikan sifat masyarakatnya dengan pemimpin yang dapat menjadi teladan. (kus/tif)