RADAR JOGJA – Periode 2019-2024 menjadi awal perjalanan politik H. Ardi S.Ag M.Mpar, MM. Pria 45 tahun ini merupakan politikus PAN dari daerah pemilihan (Dapil) 4 Depok, Berbah.
Ardi yang beralamat di Babadan, Kadipolo, Sendangtirto, Berbah, ini menegaskan masa awal kerja akan fokus di UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah). Dia optimistis dengan memajukan UMKM roda ekonomi kerakyatan akan bisa terus berputar. Dengan demikian, kesejahteraan masyarakat bisa terangkat.
Sebagai pendatang baru, hal itu tentu tidak mudah dilakukan. Perlu usaha ekstra dan regulasi agar UMKM bisa naik kelas. Pola pembinaan terhadap UMKM harus terus berkesinambungan. Apalagi di Sleman terdapat 36 ribu UMKM yang perlu penguatan.
“Karena kami basic-nya dari UMKM, kami ingin memajukan UMKM di Sleman. Caranya, ya dengan memberikan kemudahan-kemudahan usaha,” ujar Ardi.
Dunia UMKM memang tidak asing bagi pengusaha arum manis itu. Oleh karenannya dia paham betul kendala yang kerap dihadapi oleh pelaku usaha.
Faktor bahan baku, misalnya. Biasanya hal ini yang menjadi penghambat utama UMKM untuk bisa berkembang. Dia mendorong pemerintah agar bisa membantu UMKM dalam menyediakan bahan baku.
Nantinya dengan kemudahan mendapatkan bahan baku, produktivitas juga akan ikut meningkat. Profuktivitas tinggi membutuhkan tenaga kerja. Artinya dengan pertumbuhan UMKM dapat menyerap tenaga kerja, sehingga mengurangi pengangguran di Sleman.
Permasalahan lain yang juga sering dihadapi yaitu permodalan. Banyak UMKM yang gukung tikar karena tidak punya modal usaha. Peran pemerintah, lanjutnya, harus membantu dalam modal usaha. Sebab banyak pelaku usaha yang ingin terus berproduksi. “Penguatan modal ini juga penting,” katanya.
Setelah diberikan modal dan bisa rutin berproduksi, pemerintah juga tidak boleh lepas tangan. Proses penjualan produk juga harus dibantu. “Karena biasanya mereka yang sudah bisa berproduksi, dari segi marketingnya masih ada yang kurang,” ujarnya.
Dia melihat potensi pasar UMKM di Sleman sangat besar. Apalagi Bumi Sembada juga dikenal sebagai salah satu tujuan wisata. Peluang inilah yang harus disadari dan digarap oleh pemerintah.
Ardi juga turut mengingatkan agar pemerintah mengkaji kembali keberadaan tol yang akan dibangun di wilayah Jogja. Apalagi tol itu dibangun di Sleman.
Kajian itu bukan untuk menggagalkan proyek. Namun mencari solusi agar keberadaan PKL dan penjual oleh-oleh khas tidak terkena imbasnya. “Karena saya khawatir tol itu justru akan mematikan UMKM,” terangnya.
Kekhawatiran itu lantaran sebagai salah seorang pelaku UMKM, dia khawatir jumlah wisatawan akan menurun. Karena wisatawan dikhawatirkan tidak akan mampir untuk berbelanja. “Ini sudah dialami oleh teman-teman UMKM lain, yang justru ada penurunan jumlah wisatawan yang berbelanja,” bebernya.
Sebagai anggota dewan, dia menegaskan akan membahas hal ini. Serta memastikan agar proyek infrastruktur nasional bisa mendukung perekonomian rakyat.
“Kami ingin nanti ada kajian matang, jangan sampai justru menurunkan wisatawan. Nanti akan kami diskusikan agar tidak ada pihak yang dirugikan,” ungkap Ardi.
Sebagai solusi, dia menawarkan adanya lokasi khusus untuk penjual UMKM. Di rest area, contohnya. Produk UMKM dari Sleman bisa dipajang pada etalase sebagai salah satu cara promosi. “Jadi sama halnya seperti toko modern yang tidak boleh mematikan keberadaan warung tradisional,” jelasnya
Penguatan industri UMKM ini pada dasarnya sebagai salah satu cara untuk meningkatkan wisatawan. Sentra juga bisa menjadi solusi. Agar wisatawan tidak bingung untuk berbelanja. Hal itu bisa mendorong perekonomian, menaikkan angka transaksi kuliner belanja yang memberikan kontribusi kepada sektor pariwisata.
Langkah itu juga sejalan dengan program dan kegiatan Pemkab Sleman. Untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Sleman. Pada tahun 2018 ada peningkatan jumlah wisatawan sebesar 18,06 persen. Yaitu dari 7.226.595 wisatawan pada tahun 2017 menjadi 8.531.738 wisatawan pada 2018. (*/har/laz/tif)