RADAR JOGJA – Merespons krisis kemanusiaan yang terjadi di Wamena Kabupaten Jayawijaya, Papua, Aksi Cepat Tanggap (ACT) mendirikan posko kemanusiaan dan crisis center untuk membantu para korban terdampak.

ACT mencatat, kerusuhan telah menimbulkan korban sebanyak 33 orang meninggal, 77 luka-luka, 10 ribu lebih mengungsi dan 2589 orang keluar dari Wamena atau eksodus. ”Karena keterbatasan transportasi dan biaya sebagaian besar pengungsi tidak bisa melakukan eksodus,” jelas Kepala Cabang ACT DIJ Bagus Suryanto.

Dia menuturkan, ACT hadir di Wamena sebagai lembaga kemanusiaan. Tidak mencampuri konflik politik yang terjadi. ACT tergerak karena banyaknya korban di Wamena yang perlu mendapat bantuan. Sejak sepekan lalu ACT telah mendirikan beberapa posko kemanusiaan. Di antaranya posko kesehatan. Posko memberikan pelayanan medis berupa pemerikasaan kesehatan dan pemberian bantuan obat-obatan. Puluhan dokter dan perawat dari ACT diterjunkan ke Wamena.

ACT juga menggelar layanan dapur umum di beberapa tempat agar kebutuhan pangan pengungsi terpenuhi. ”Jadi pengungsi bisa makan tiga kali sehari,” tambahnya.

Beragam bantuan logistik juga disediakan, seperti pakaian baru, air mineral, air bersih, makanan, bahan pangan, alas tidur selimut, dan tenda. Sedangkan bantuan psikososial diadakan ACT untuk membantu kondisi psikologis para korban bencana dan trauma healing.“Saudara kita mengalami tingkat depresi yang luar biasa. Mereka menerima sesuatu di luar ekspektasinya,” tuturnya.

Crisis center juga dihadirkan di berbagai wilayah sebagai rujukan berbagai pihak untuk mengetahui informasi tentang pengungsi korban dan bantuan yang dibutuhkan. ”Ini bisa dijadikan keluarga korban sebagai pusat informasi, mengenai jumlah korban dan jumlah bantuan yang diperlukan,” tuturnya. ACT juga akan memberikan santunan bagi korban konflik yang meninggal dunia hingga keluarga yang ditinggalkan. (cr16/ila)