RADAR JOGJA – Sebagai ikon Kota Jogja, juga DIJ, Malioboro terus berbenah. Termasuk saat sebanyak 14 komunitas pedagang kaki lima Malioboro meluncurkan Maskot Budaya Bersih Jaka – Lisa (Jaga Kebersihan Lihat Sampah Ambil). Peluncuran ini digelar juga dalam rangka memperingati HUT ke-263 Kota Jogja.
Bertempat di kawasan pedestrian Malioboro, Jaka-Lisa ini menjadi hadiah bagi Kota jogja. Selaku Panitia, Sujarwo Putra mengatakan peluncuran maskot ini dimaksudkan agar terlihat lebih menarik dan nyaman bagi siapapun yang berkunjung datang. “Ya ini sebagai komitmen kami untuk menjaga wajah baru kawasan malioboro ini supaya tetap indah, bersih dari bau dan sampah,” kata Sujarwo disela kegiatan peluncuran di Trotoar Malioboro depan Kantor DPRD DIJ, Minggu (13/10).
Jarwo menjelaskan jika maskot Jaka-Lisa ini merupakan tahap pertama dari berbagai upaya yang dilakukan selama satu tahun ini. Maskot ini terhubung kuat dengan upayanya dalam membangun budaya bersih. “Merupakan tindak lanjut dari upaya sebelumnya yang lebih menitikberatkan pada aspek strategis, taktis, dan teknis menciptakan kebersihan,” ujarnya.
Mewujudkan komitmen itu, pihaknya sebelumnya telah meluncurkan uji coba desain lesehan yang menarik, indah, dan ramah lingkungan. Menyusun konsep total care kebersihan malioboro berdasarkan dengan survey dan diskusi yang telah melewati uji coba beberapa waktu yang lalu. “Ini semua memang tidak instan, butuh kesabaran, keseriusan, berkelanjutan dan kerjasama dari semua pihak,” ugkapnya.
Dengan peluncuran maskot Jaka-Lisa yang ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh Wali Kota Jogja, Haryadi Suyuti, komunitas yang ada di Maliooro, berkomitmen untuk menggerakkan para komunitas pedagang kaki lima khususnya maupun pengunjung wisatawan yang datang ke kawasan malioboro agar dapat menjaga kebersihan dengan cara melihat sampah ambil. “Mari kita budayakan jaka lisa ini untuk kota tercinta kita lebih bersih,” pesannya.
Sementara Wali Kota Jogja, Haryadi Suyuti mengapresiasi kegiatan ini. Karena hal ini sebagai bagian mewujudkan kawasan malioboro yang bersih, tertib, dan aman sesuai dengan tiga dasar pembangunan kota Jogja khususnya kawasan malioboro. Jaka Lisa, menurut dia, adalah dua sejoli yang sangat luar biasa bagi paguyuban malioboro kepada kotanya. “Ini menunjukkan paguyuban kawasan malioboro sangat cinta kepada kota Jogja,” kata HS dalam sambutannya.
HS menambahkan, jika kebersihan sudah menjadi kebutuhan mutlak bagi Malioboro khususnya. Terlebih setiap harinya ada aktivitas lebih dari 600 ribu orang. Baik yang datang maupun yang berdagang. Sehingga kawasan dengan tingkat kepadatan seperti hal itu dibutuhkan komitmen kebersihan. “Semua yang merasa memiliki Malioboro harus punya komitmen yang sama,” jelasnya.
Komitmen dari orang-orang di Malioboro itulah yang diminta HS. Dia mencontohkan, tempat sampah yang banyak, tidak menjamin Malioboro menjadi bersih. Maka perlu adanya tindakan yang nyata dalam hal ini seperti Jaka-Lisa, jaga kebersihan lihat sampah ambil. “Lama kelamaan kecenderungan kami di Malioboro, jika Jaka-Lisa ini sudah berjalan maka tempat sampah jumlahnya akan kami kurangi,” ucapnya.
Karena HS menilai dengan banyaknya tempat sampah itu sendiri belum menjamin adanya kebersihan apalagi di sekitaran tempat sampah itu sendiri. Dibuktikan dengan kondisi di Malioboro selama ini. Meskipun dengan pengurangan tempat sampah HS menjamin kebersihan akan tetap terjaga. “Kan sudah ada yang menjaga, ya mas Jaka dan mbak Lisa ini,” imbuhnya. (cr15).